kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

The Fed Kerek Suku Bunga Terlalu Tinggi, Elon Musk Beri Peringatan Ini


Senin, 12 September 2022 / 23:00 WIB
The Fed Kerek Suku Bunga Terlalu Tinggi, Elon Musk Beri Peringatan Ini


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - CEO Tesla Elon Musk memperingatkan risiko deflasi jika bank sentral AS, The Fed, mengerek suku bunga terlalu tinggi.

"Kenaikan suku bunga Fed yang besar berisiko deflasi," kata Musk di Twitter, Jumat (9/9) pekan lalu, seperti dikutip Bitcoin.com.

CEO Real Vision dan investor kripto Raoul Pal setuju dengan pernyataan Musk.

"Ya. Cukup banyak perilaku negatif," sebutnya di Twitter, seperti dilansir Bitcoin.com.

Baca Juga: Harga Bitcoin Tembus Level US$ 22.000, Mata Uang Kripto Ini Pimpin Kenaikan

Sementara Pendiri Northmantrader Sven Henrich menekankan, The Fed "terlalu bergantung pada data yang melihat ke belakang yang berisiko merusak segalanya dengan cepat".

Hanya, gold bug and Bitcoin skeptic Peter Schiff menawarkan pandangan yang berbeda dengan Musk.

"Ini (kenaikan suku bunga The Fed terlalu tinggi) berisiko hiperinflasi," tegasnya, seperti Bitcoin.com kutip.

"Bunga yang lebih tinggi, resesi yang parah, defisit anggaran meledak, dan harga aset jatuh akan menghasilkan krisis keuangan yang lebih buruk dari 2008," ungkap dia. 

Baca Juga: Twitter Bayar Whistleblower, Alasan Baru Musk Batalkan Akuisisi

"The Fed akan merespons dengan QE (quantitative easing) besar-besaran, melemahkan dollar, dan membuat harga konsumen melonjak," imbuh Shiff.

Tweet Musk mengikuti analisis CEO Ark Invest Cathie Wood yang memperingatkan tentang deflasi pada Rabu (7/9) pekan lalu. 

"The Fed mendasarkan kebijakan moneter pada indikator tertinggal: lapangan kerja dan inflasi inti," katanya, seperti Bitcoin.com lansir.

"Indikator inflasi utama seperti emas dan tembaga menandai risiko deflasi. Bahkan, harga minyak telah turun lebih dari 35% dari puncak, menghapus sebagian besar kenaikan tahun ini," ujar dia.

"Salah satu pengukur inflasi terbaik, harga emas mencapai puncaknya lebih dari dua tahun lalu pada Agustus 2020 di US$ 2.075 dan telah turun sekitar 15%," tambah Wood.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×