kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.953.000   -3.000   -0,15%
  • USD/IDR 16.500   45,00   0,27%
  • IDX 6.828   -98,48   -1,42%
  • KOMPAS100 988   -16,47   -1,64%
  • LQ45 764   -13,30   -1,71%
  • ISSI 218   -2,39   -1,08%
  • IDX30 396   -7,05   -1,75%
  • IDXHIDIV20 467   -8,64   -1,82%
  • IDX80 111   -1,85   -1,64%
  • IDXV30 114   -1,16   -1,00%
  • IDXQ30 129   -2,13   -1,62%

The Fed Pertahankan Suku Bunga, Peringatkan Risiko Inflasi dan Pengangguran


Kamis, 08 Mei 2025 / 09:04 WIB
The Fed Pertahankan Suku Bunga, Peringatkan Risiko Inflasi dan Pengangguran
Ketua The Fed Jerome H. Powell memberikan keterangan pers seusai FOMC 7 Mei 2025


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan tetap pada kisaran 4,25% hingga 4,50% dalam pertemuan kebijakan terbarunya, Rabu (7/5). 

Namun, The Fed memperingatkan bahwa risiko inflasi dan pengangguran yang lebih tinggi semakin meningkat, memperburuk ketidakpastian atas prospek ekonomi AS di tengah dampak kebijakan tarif Presiden Donald Trump.

Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan belum jelas apakah perekonomian akan melanjutkan tren pertumbuhan yang stabil atau justru melemah karena ketidakpastian yang meningkat dan potensi lonjakan inflasi. 

“Cakupan, skala, dan ketahanan dari dampak tersebut sangat, sangat tidak pasti,” ujar Powell dalam konferensi pers setelah pertemuan dua hari tersebut. 

Baca Juga: Donald Trump Berang Setelah The Fed Pertahankan Suku Bunga

“Jadi sama sekali tidak jelas apa respons yang tepat untuk kebijakan moneter saat ini... Sama sekali tidak jelas apa yang harus kita lakukan. Saya rasa kita tidak dapat mengatakan ke arah mana ini akan terjadi.”

Pernyataan tersebut mencerminkan posisi The Fed yang terbatas dalam mengambil tindakan hingga arah kebijakan Trump menjadi lebih pasti. 

Dalam pernyataannya, The Fed mencatat bahwa ketidakpastian prospek ekonomi meningkat sejak pertemuan terakhir pada Maret lalu, dan bahwa risiko inflasi serta pengangguran yang lebih tinggi kini kian mencuat.

Thomas Simons, Kepala Ekonom AS di Jefferies, menilai pernyataan The Fed belum mencerminkan sepenuhnya besarnya gangguan ekonomi yang terjadi sejak Maret. 

“Semua berita tarif 'Hari Pembebasan', pengumuman penundaan selama 90 hari pada tanggal 9 April, berita utama yang bolak-balik tentang kesepakatan dagang dan pengecualian tarif, dan hal-hal negatif yang dihasilkan dalam survei bisnis dan konsumen membuat mustahil untuk menilai prospek ekonomi, apalagi apakah kecenderungan risiko di sekitarnya telah berubah,” tulis Simons, menyebut Powell “tidak berkomitmen” mengingat situasi yang belum pasti.

Baca Juga: The Fed Pertahankan Suku Bunga dalam FOMC Mei, Waspadai Risiko Inflasi & Pengangguran

Meski demikian, The Fed tetap menyatakan keyakinannya terhadap ketahanan ekonomi. Powell mengatakan pertumbuhan lapangan kerja berlanjut dan ekonomi masih berkembang pada “kecepatan yang solid.” 

Ia menjelaskan, penurunan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal pertama dipengaruhi oleh lonjakan impor karena rumah tangga dan bisnis berupaya mengantisipasi tarif baru, sementara permintaan domestik tetap bertumbuh.

Namun, Powell menekankan bahwa lonjakan permintaan dan stok barang tersebut kemungkinan tidak akan terulang. Ia mempertanyakan apakah di balik data itu terdapat pelemahan permintaan dan investasi.

“Bisnis dan rumah tangga khawatir... dan menunda berbagai keputusan ekonomi,” kata Powell. 

“Jika hal ini terus berlanjut dan tidak ada tindakan yang dilakukan untuk meredakan kekhawatiran tersebut, Anda tentu akan menduga hal itu akan terlihat pada data ekonomi.”

The Fed, menurut Powell, akan menunggu kepastian lebih lanjut sebelum mengambil tindakan kebijakan. 

Baca Juga: The Fed Tahan Suku Bunga, Powell Bilang Tidak Ada Unsur Politis

“Sikap kebijakan moneter saat ini membuat kita berada dalam posisi yang baik untuk merespons secara tepat waktu terhadap perkembangan ekonomi potensial,” ujarnya, mengisyaratkan pendekatan “wait and see” yang terus dianut selama awal masa pemerintahan Trump.

Pasar menyambut keputusan The Fed dengan positif. Harga saham AS ditutup lebih tinggi, imbal hasil obligasi pemerintah menurun, dan dolar menguat terhadap sejumlah mata uang utama.

Ke depan, arah kebijakan The Fed akan ditentukan oleh perkembangan risiko inflasi dan pengangguran. Jika pasar tenaga kerja melemah, hal itu bisa menjadi alasan untuk memangkas suku bunga. Namun jika inflasi meningkat, maka kebijakan moneter perlu tetap ketat. 

Dalam skenario terburuk, kedua risiko itu bisa meningkat bersamaan, memaksa The Fed untuk memilih prioritas utama.

“Untuk sementara waktu, The Fed masih dalam pola bertahan sambil menunggu ketidakpastian mereda,” ujar Ashish Shah, Kepala Investasi Publik di Goldman Sachs Asset Management. 

Baca Juga: Aset Kripto dan Saham AS Bertahan dari Tekanan Usai Fed Tahan Suku Bunga

Ia menambahkan bahwa data tenaga kerja yang lebih baik dari perkiraan mendukung sikap The Fed. “Tanggung jawabnya ada pada pasar tenaga kerja yang melemah cukup untuk memulai kembali siklus pelonggarannya.”

Suku bunga The Fed tidak berubah sejak Desember, karena para pejabat berupaya menilai dampak kebijakan tarif Trump yang telah meningkatkan tekanan inflasi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi. 

Dalam proyeksi terakhir mereka pada Maret lalu, para pembuat kebijakan memperkirakan pemangkasan suku bunga sebesar setengah poin persentase sebelum akhir tahun ini.

Selanjutnya: Sebulan Harga Emas Antam Naik 11,35 Persen, Hari Ini Naik Lagi (8 Mei 2025)

Menarik Dibaca: Simak 5 Emiten Pembagi Dividen Dengan Cum Date Hari Ini (8/5), Ada Yield di Atas 6%



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×