Sumber: South China Morning Post | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Sebuah lembaga think tank China mengatakan pada hari Kamis, Amerika Serikat telah mengirim pesawat tanpa awak (drone) pengintai mata-mata ketinggian tinggi di atas Laut China Selatan. Hal ini dilakukan selang beberapa hari setelah Washington menyatakan sebagian besar klaim Beijing di jalur air yang diperebutkan itu “melanggar hukum”.
Melansir South China Morning Post, menurut SCS Probing Initiative (SCSPI) yang merupakan sebuah think tank Universitas Peking, Angkatan Laut AS MQ-4C Triton -pesawat udara tak berawak- terlihat terbang ke arah tenggara Taiwan sekitar Rabu tengah hari.
Baca Juga: Inggris kerahkan kapal induk baru ke Pasifik gabung AS dan Jepang lawan China
Dikatakan sebuah pesawat anti-kapal selam P-8A AS dan sebuah pesawat pengisian bahan bakar KC-135R juga terlihat Kamis terbang di barat daya Taiwan di atas Laut China Selatan.
Sementara rincian patroli udara tidak jelas, pengamat militer mengatakan Angkatan Laut AS tampaknya meningkatkan upaya pengintaian di jalur air strategis yang dipandang sebagai titik nyala potensial antara Beijing dan Washington.
Baca Juga: China dan Filipina meredakan ketegangan hubungan terkait Laut China Selatan
Drone Triton yang terlihat pada hari Rabu adalah bagian dari Pasukan Patroli dan Pengintaian Angkatan Laut AS.
Dioperasikan secara otonom menggunakan sensor maritim, ia dapat bekerja dengan pesawat anti-kapal selam berawak untuk melakukan misi intelijen, pengawasan dan pengintaian di wilayah laut dan pesisir yang luas.
Baca Juga: Pakar: Laut China Selatan bisa jadi titik kritis yang mengarah ke bentrokan militer
Song Zhongping, seorang pakar militer yang berbasis di Hong Kong, mengatakan bahwa Angkatan Laut AS mungkin berusaha melacak aktivitas bawah laut oleh angkatan laut China.
Baca Juga: Perompakan di Selat Singapura naik tajam, kebanyakan di perairan Indonesia
“Penempatan pesawat pengintai seperti MQ-4C, P-8A dan P-3C [patroli maritim Orion dan pesawat perang anti-kapal selam] dapat membantu Angkatan Laut AS untuk meninjau kembali kapal perang, kapal selam, dan kegiatan bawah laut lainnya di wilayah ini saat mereka mampu mendeteksi pulsa suara dan melacak kapal selam,” kata Song.
Patroli udara dilakukan ketika AS telah meningkatkan kehadiran militernya di Laut China Selatan setelah Menteri Luar Negeri Mike Pompeo pada hari Senin mengatakan Washington secara resmi menolak sebagian besar klaim maritim Beijing yang ekspansif di wilayah tersebut.
Langkah ini telah menimbulkan kekhawatiran tentang kemungkinan konfrontasi militer antara kedua negara adikuasa yang sudah berselisih soal mulai dari perdagangan hingga hak asasi manusia dan Hong Kong.
Armada Pasifik AS mengatakan dalam sebuah pernyataan, sehari setelah pernyataan Pompeo, kapal perusak berpeluru kendali USS Ralph Johnson melakukan operasi navigasi bebas di Laut China Selatan, berlayar dekat Kepulauan Spratly yang disengketakan. Dikenal sebagai Kepulauan Nansha dalam bahasa China, mereka juga diklaim oleh Filipina, Malaysia, Taiwan dan Vietnam.
Menurut SCSPI, kapal perang AS berlayar untuk pertama kalinya sejak 2016 dalam jarak 12 mil laut dari Cuarteron Reef yang dikuasai Beijing, dan Fiery Cross Reef untuk keenam kalinya tahun ini.