Reporter: Femi Adi Soempeno |
TOYOTA. Toyota Motor Corp., produsen otomotif terbesar di dunia, kemungkinan akan memangkas produksinya sebesar 12% di tahun fiskal berikutnya seiring dengan permintaan kendaraan di AS juga menciut ke level yang paling rendah dalam 27 tahun ini.
Menurut Yuta Kaga, Juru Bicara Toyota mengatakan, perusahaan ini kemungkinan hanya akan membikin 6,2 juta unit mobil mulai April nanti. Angka ini terbilang mini jika dibandingkan dengan 7,08 juta unit mobil yang diproduksi di tahun fiskal ini.
Toyota memberi hitungan tersebut di atas pada supplier pada akhir pekan lalu, tapi tidak termasuk Daihatsu, dan Hino.
Toyota telah memprediksi akan membukukan kerugian pertama dalam 59 tahun terakhir ini seiring dengan tergerusnya penjualan kendaraan di AS, Jepang dan Eropa sebagai tiga pasar utama. Resesi juga telah memaksa General Motors Corp. dan Chrysler LLC untuk mendapatkan dana bailout dari pemerintah dan Nissan juga harus merumahkan 20.000 pekerjanya.
"Toyota telah mengurangi produksinya," kata Ichiro Takamatsu, Chief Investment Officer untuk Alphex Investments Co. Menurutnya, lingkungan pabrikan otomotif belum mampu menyokong pemulihan.
Toyota, yang juga membikin sedan Camry menghitung produksinya akan menyusut 19% menjadi 7,08 juta unit di tahun fiskal ini hingga 31 Maret mendatang. Mereka melakukan pemangkasan produksi agar persediaan tak membengkak.
Toyota City, pabrikan yang berbasis di Jepang, telah menciutkan produksinya 43% bulan Januari lalu, dan menjadi pengurangan yang paling besar sejak 1987.
Menurut Nissan Chief Executive Carlos Ghosn, penjualan roda empat di seluruh dunia juga anjlok 14% menjadi 55 juta unit di tahun 2009. Sebagai respon atas penjualan yang buruk, pabrikan otomotif menutup sebagian pabriknya dan memecat karyawannya.
Toyota berencana untuk menciutkan setengah pekerja kontraknya di Jepang menjadi 2000 pada akhir Maret tahun ini.
Pemangkasan produksi Toyota ini akan mempengaruhi pendapatan sejumlah suppliernya, seperti Denso Corp., Aisin Seiki Co. dan Toyoda Gosei Co.
Tahun fiskal yang berakhir pada 31 Maret nanti, Toyota memprediksi akan membukukan kerugian sebesar 350 miliar yen atau setara dengan US$ 3,6 miliar. Ini adalah kerugian pertama sejak tahun 1950.