Sumber: Channel News Asia | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Meskipun jumlah turis yang datang ke Singapura masih lebih rendah dibandingkan sebelum pandemi COVID-19, pengeluaran per pengunjung justru meningkat, sehingga total penerimaan pariwisata negara kota ini melampaui level 2019.
Namun, tren pengeluaran turis kini lebih banyak untuk kuliner, hiburan, dan pengalaman, bukan belanja.
Melansir Channelnewsasia Senin (24/11/2025), laporan dari Divisi Ekonomi Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura, dengan masukan dari Singapore Tourism Board (STB), mencatat bahwa pengeluaran per turis naik 24,4 persen dari 2019 hingga 2024.
Baca Juga: Konser Musik Jepang di China Dibatalkan, Ketegangan Beijing-Tokyo Memuncak
Lonjakan ini mendorong peningkatan penerimaan pariwisata meski jumlah pengunjung internasional belum pulih sepenuhnya.
“Peningkatan penerimaan pariwisata pada 2024 dibanding 2023 didorong oleh pertumbuhan signifikan di sektor utama, termasuk wisata, hiburan, permainan, dan akomodasi,” kata para peneliti pada Jumat (21/11).
Mereka menambahkan bahwa peningkatan ini didukung oleh rangkaian acara besar sepanjang tahun, seperti konser dan event hiburan utama.
Pariwisata menjadi salah satu pilar penting ekonomi Singapura, menyumbang sekitar 6 persen dari ekspor jasa pada 2024. Industri ini juga memperkuat konektivitas dan reputasi Singapura sebagai tujuan wisata.
Pada 2019, Singapura mencatat 19,1 juta kedatangan wisatawan internasional dan penerimaan pariwisata sebesar S$27,7 miliar (US$21,2 miliar).
Jumlah ini anjlok ketika pandemi memaksa penutupan perbatasan dan penerapan karantina ketat.
Tahun lalu, meski jumlah turis hanya 16,5 juta, penerimaan pariwisata justru mencapai S$29,8 miliar.
Baca Juga: Gerakan Boikot JP Morgan Menguat Setelah Strategy Terancam Keluar dari Index MSCI
Peralihan dari Belanja ke Pengalaman
Dibandingkan 2019, penerimaan dari sektor makanan dan minuman (F&B) melonjak 71 persen pada 2024. Sebaliknya, penerimaan dari akomodasi dan belanja masing-masing menurun 7 persen dan 7,8 persen.
Tren ini terus berlanjut pada 2025, dengan F&B, akomodasi, dan hiburan menjadi penggerak utama, sementara belanja tetap menurun.
“Terlihat jelas pergeseran dari barang ke pengalaman, dengan kuliner dan hiburan semakin mendominasi sejak pemulihan pasca-pandemi,” kata David Mann, Kepala Ekonom Asia Pasifik Mastercard.
Baca Juga: AC Milan dan Maignan Gagalkan Inter ke Puncak dengan Kemenangan 1-0 di Derby
Ia menambahkan, pelemahan belanja ritel juga dipengaruhi nilai tukar dolar Singapura yang kuat.
Menurut Christopher Khoo, Managing Director MasterConsult Services, belanja bukan lagi magnet utama turis seperti 20–30 tahun lalu.
“Tidak mengherankan, karena industri ritel global kini harus beradaptasi dengan dominasi belanja daring,” ujarnya.
Singapura pun telah memperluas atraksinya untuk menawarkan pengalaman unik, termasuk atraksi ramah keluarga dan konsep hijau serta berkelanjutan.
Mendorong Turis dengan Pengeluaran Tinggi
STB menargetkan penerimaan pariwisata mencapai S$47–50 miliar pada 2040 dengan menarik pengunjung berpengeluaran tinggi dan meningkatkan daya tarik Singapura sebagai destinasi premier untuk wisata dan bisnis.
Benjamin Cassim, dosen gaya hidup dan pengalaman konsumen di Temasek Polytechnic, menekankan pentingnya memperpanjang durasi kunjungan agar pengeluaran per turis meningkat.
Baca Juga: Pertama Kalinya dalam Sejarah: Rusia Jual Emas Cadangan Demi Stabilkan Rubel
“Pengunjung konser dan acara hiburan biasanya memiliki pendapatan lebih tinggi dan bersedia mengeluarkan lebih banyak,” katanya.
Selain itu, segmen MICE (meetings, incentives, conferences, exhibitions) juga menjadi fokus.
Menteri urusan Hubungan Perdagangan Grace Fu mengatakan, rata-rata pengunjung MICE menghabiskan dua kali lipat dibanding wisatawan biasa, menjadikannya segmen yang sangat berharga bagi Singapura.
Cassim menegaskan bahwa persaingan di pasar pariwisata sangat ketat. “Singapura harus terus berinovasi agar tetap menarik bagi pengunjung,” ujarnya.













