Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren microretirement atau pensiun mini semakin populer di kalangan Generasi Z dan Milenial. Banyak orang muda yang belum mencapai usia pensiun memilih untuk mengambil waktu dari pekerjaan mereka untuk mengeksplorasi hidup dan berkeliling dunia.
Meskipun ide ini terdengar menarik, para ahli memberikan sejumlah peringatan yang perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk berhenti bekerja dan menjalani pensiun mini ini.
Apa itu Microretirement?
Mengutip unilad, microretirement adalah tren di mana individu yang masih muda, seringkali di bawah usia 40, memilih untuk mengambil waktu yang signifikan dari pekerjaan mereka.
Ini bisa berupa beberapa bulan atau bahkan tahun, dengan tujuan untuk menikmati kehidupan, bepergian, dan mengejar minat pribadi, alih-alih menunggu hingga usia pensiun tradisional di 50-an atau 60-an.
Baca Juga: Ilmuwan Ungkap, Apa yang Anda Makan Bisa Jadi Pertanda Anda Menderita ADHD!
Konsep ini serupa dengan sabbatical atau "gap year" untuk orang dewasa, yang sering dilakukan oleh mereka yang ingin mengisi waktu dengan pengalaman hidup di luar dunia kerja.
Banyak orang yang merasa jenuh dengan rutinitas pekerjaan 9-to-5 setelah bertahun-tahun bersekolah, mencoba berbagai hobi, dan akhirnya memasuki dunia kerja. Ketika kenyataan bahwa rutinitas ini mungkin akan berlangsung hingga usia pensiun tiba, banyak yang merasa terjebak dalam pola hidup yang monoton.
Oleh karena itu, microretirement muncul sebagai solusi bagi mereka yang ingin memanfaatkan masa muda mereka untuk mengeksplorasi dunia dan mendapatkan pengalaman hidup yang lebih beragam.
Kisah Sukses Microretirement: Anaïs Felt
Bagi sebagian orang, microretirement terbukti sangat bermanfaat. Anaïs Felt, seorang content creator berusia 31 tahun, adalah salah satu contoh sukses dari fenomena ini. Melalui akun TikTok-nya, Anaïs membagikan pengalamannya yang sangat positif setelah mengambil waktu istirahat dari pekerjaannya.
Dia mengatakan bahwa dia merasa lebih sehat, lebih bugar, dan lebih bahagia setelah mengambil waktu untuk diri sendiri. "Saya merasa lebih baik daripada sebelumnya, saya merasa lebih sehat, lebih segar, dan ini luar biasa. Saya sangat merekomendasikan pengalaman ini," ungkap Anaïs.
Baca Juga: Kodak, Raksasa Fotografi Bernilai US$ 31 Miliar Tumbang Karena Satu Keputusan Fatal
Di sisi lain, Anaïs juga mencatat bahwa banyak pemimpin dari generasi Milenial yang kini semakin menghargai pentingnya waktu istirahat bagi karyawan muda untuk beristirahat dan pemulihan mental.
Peringatan dari Para Ahli
Namun, meskipun microretirement bisa memberikan manfaat, para ahli mengingatkan untuk tidak terburu-buru dalam membuat keputusan ini. Justina Raskauskiene, pemimpin tim SDM di platform pemasaran e-commerce Omnisend, menyatakan bahwa risiko terbesar dari microretirement adalah idealasi berlebihan terhadap waktu istirahat tersebut.
Banyak orang yang berharap waktu istirahat ini akan mengubah hidup mereka, tetapi tanpa rutinitas atau tantangan yang jelas, mereka bisa merasa tidak puas dan kehilangan arah.
Justina juga menyarankan agar orang-orang yang mengambil microretirement memiliki rencana yang jelas untuk kembali ke dunia kerja. Menetapkan garis waktu yang jelas untuk kembali bekerja dan mencari sumber pendapatan alternatif seperti freelancing atau proyek passion akan membantu mereka tetap tajam dalam hal profesionalisme.
Baca Juga: NASA Temukan Planet Lebih Besar dari Bumi dengan Tanda-tanda Adanya Kehidupan
Tantangan dalam Kembali ke Dunia Kerja
Selain itu, Stephen Dwyer, presiden ASA, menambahkan bahwa kesenjangan karier panjang bisa menyulitkan individu untuk kembali ke dunia kerja, terutama di bidang-bidang yang mengalami perubahan teknologi yang cepat.
Keterlambatan dalam kembali bekerja bisa menyebabkan seseorang kehilangan kontribusi pensiun, manfaat kesehatan, dan tentu saja, pendapatan yang seharusnya mereka peroleh jika tidak mengambil waktu istirahat tersebut.