Sumber: Channel News Asia | Editor: Yudho Winarto
Meningkatkan Utang, Memangkas Program Sosial
Namun, RUU ini diperkirakan akan menambah sekitar US$3,4 triliun terhadap defisit AS selama satu dekade.
Selain itu, kebijakan ini juga memangkas program bantuan pangan federal dan menjadi pemangkasan terbesar terhadap program Medicaid, asuransi kesehatan untuk warga berpenghasilan rendah, sejak diluncurkan pada 1960-an.
Diperkirakan 17 juta orang akan kehilangan cakupan asuransinya, dan puluhan rumah sakit di daerah pedesaan terancam tutup.
Anggota Partai Republik yang moderat mengkhawatirkan dampaknya terhadap peluang mereka dalam pemilu 2026, sementara kubu konservatif garis keras menilai penghematan yang dijanjikan tidak sesuai harapan.
Trump disebut telah menghabiskan waktu berminggu-minggu menelpon langsung anggota parlemen dan menggelar pertemuan intensif di Gedung Putih untuk meyakinkan mereka.
Baca Juga: Trump akan Mengenakan Tarif 20% untuk Ekspor Vietnam ke AS
Penolakan dari Demokrat: “Kejam dan Abai”
Partai Demokrat berharap penolakan publik terhadap RUU ini dapat membantu mereka merebut kembali mayoritas di DPR dalam Pemilu Paruh Waktu 2026, dengan menyebut kebijakan ini sebagai redistribusi kekayaan terbesar dari rakyat miskin ke orang kaya.
Dalam pidatonya sebelum pemungutan suara, Jeffries menyebut RUU ini sebagai “satu RUU besar nan menjijikkan” dan “anggaran Republik yang kejam”.
“Ini bukan soal memperbaiki kualitas hidup rakyat Amerika,” ujarnya.
Mantan Presiden Joe Biden pun ikut mengomentari pasca-pengesahan, menyebut RUU itu bukan hanya “ceroboh, tapi juga kejam.”
Tambahan belanja militer dan keamanan perbatasan akan dibiayai sebagian besar dengan mencabut subsidi untuk energi bersih dan kendaraan listrik, memicu perseteruan terbuka antara Trump dan mantan penasihat utamanya, Elon Musk.