Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Pemerintahan Presiden Donald Trump mengirimkan tawaran pesangon kepada pegawai di setidaknya empat badan intelijen Amerika Serikat sebagai bagian dari kebijakan pemangkasan pegawai federal yang semakin dipercepat. Langkah ini dipimpin oleh Elon Musk, miliarder dunia, yang ditunjuk Trump untuk memimpin reformasi ini.
Tindakan ini menimbulkan kepanikan di kalangan pegawai, memicu protes publik, dan mendapat kritik dari Partai Demokrat yang menuduh Musk berusaha mengambil alih pemerintahan.
Selain CIA, empat badan intelijen lain yang terdampak adalah Office of the Director of National Intelligence (ODNI), National Security Agency (NSA), National Geospatial-Intelligence Agency (NGA), dan National Reconnaissance Office (NRO).
Jumlah pegawai yang terpengaruh tidak diketahui karena sebagian besar data diklasifikasikan. Namun, tiga lembaga yang mengungkapkan datanya memiliki sekitar 19.500 staf. CIA mengonfirmasi bahwa mereka telah mengirimkan tawaran pesangon kepada para pegawai sebagai langkah menyesuaikan organisasi dengan visi Direktur John Ratcliffe.
Baca Juga: China Seret Trump ke WTO atas Kebijakan Tarif Kontroversial AS
Tawaran Pesangon bagi 2 Juta Pegawai Federal
Pekan lalu, Gedung Putih menawarkan kepada 2 juta pegawai sipil federal penuh waktu untuk berhenti bekerja dan tetap menerima gaji serta tunjangan hingga 30 September. Belum jelas apakah ketentuan yang sama juga berlaku bagi personel intelijen.
ODNI, yang memiliki kurang dari 2.000 pegawai, dibentuk setelah serangan 11 September 2001 untuk mengawasi 18 badan yang membentuk komunitas intelijen AS.
Hingga Rabu malam, belum ada kejelasan apakah 13 badan intelijen lainnya juga terlibat dalam inisiatif ini. Sementara itu, NGA dan NSA secara formal berada di bawah Departemen Pertahanan.
Kekhawatiran atas Pengurangan Pegawai Intelijen
Sejumlah mantan pejabat intelijen menyuarakan kekhawatiran bahwa pengurangan pegawai ini dapat melemahkan kemampuan pengumpulan dan analisis intelijen AS. Mereka juga takut bahwa posisi yang ditinggalkan akan diisi oleh orang-orang yang lebih loyal terhadap kebijakan Trump dibandingkan dengan tenaga ahli yang telah lama berkecimpung di bidangnya.
“Saya sangat khawatir bahwa rekan-rekan saya tidak memiliki keberanian untuk menolak ini,” ujar seorang mantan pejabat senior intelijen yang enggan disebutkan namanya.
Ia menambahkan bahwa banyak pejabat intelijen dengan pengalaman bertahun-tahun bisa saja digantikan oleh orang-orang yang tidak memiliki latar belakang yang cukup.
Baca Juga: Trader: Pasar Kripto Kian Membingungkan, Logika Sudah Tak Lagi Ada!
Trump memiliki hubungan yang kurang harmonis dengan badan intelijen AS, terutama terkait dengan laporan bahwa Rusia melakukan intervensi dalam pemilu 2016, 2020, dan 2024 untuk mendukung kemenangannya.
Pada sidang konfirmasinya di Senat pada 15 Januari, Ratcliffe berjanji tidak akan memecat atau memaksa pegawai CIA keluar hanya karena pandangan politik mereka terhadap Trump. Namun, skeptisisme tetap tinggi di kalangan pejabat dan pengamat intelijen.