Sumber: Yahoo News | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menandatangani kesepakatan awal kerja sama mineral penting pada Senin (20/10/2025).
Langkah ini bertujuan memperkuat akses Amerika Serikat terhadap penambangan dan pemrosesan sumber daya logam tanah jarang (rare earth) milik Australia.
Mengutip Yahoo Finance, kesepakatan tersebut secara terang-terangan menargetkan China — negara yang baru-baru ini membatasi ekspor logam tanah jarangnya ke dunia.
Bagi banyak pihak, ini dianggap sebagai “pemanasan” menjelang pertemuan penting antara Trump dan Presiden China Xi Jinping yang dijadwalkan berlangsung minggu depan di Korea Selatan.
“Kami akan melakukan sedikit tur,” kata Trump di Gedung Putih. “Saya akan ke Malaysia. Saya juga akan ke Jepang.”
Trump melakukan rangkaian kunjungan diplomatik ke negara-negara sekutu China di kawasan Asia. Kunjungan itu, menurut pengamat, bukan kebetulan belaka — melainkan bagian dari strategi besar menghadapi China di berbagai bidang, mulai dari perdagangan hingga teknologi.
Dalam beberapa hari terakhir, Trump menyebut sejumlah isu rumit yang akan dibahas dengan Xi: mulai dari permintaan agar China membeli lebih banyak kedelai dari AS, pengetatan terhadap fentanyl, isu Taiwan, persaingan kecerdasan buatan (AI), hingga kebijakan China yang menutup akses ekspor logam tanah jarang.
Baca Juga: Perdana Menteri Australia Dijadwalkan Bertemu Trump Bahas Tanah Jarang
“Saya tidak ingin mereka memainkan ‘permainan logam tanah jarang’ dengan kami,” ujar Trump saat kembali ke Washington, Minggu malam.
Trump menambahkan, jika China mengancam, ia siap membalas dengan tarif impor tiga digit.
“Saya bisa mengancam mereka dengan banyak hal lain,” ujarnya.
Tur Diplomatik ke Asia
Meski begitu, keberhasilan Trump menjalin hubungan dengan para rival China di Asia masih belum pasti.
Banyak negara di kawasan masih kesal dengan kebijakan tarif Trump sebelumnya.
China sendiri masih memegang kendali besar di sektor logam tanah jarang. Menurut sejumlah perkiraan, Beijing menguasai sekitar 90% pasar global dalam penambangan dan pemrosesan bahan penting untuk elektronik modern tersebut.
Baca Juga: Kesempatan dari Perang Tanah Jarang
“Meski berbagai upaya untuk memindahkan produksi logam tanah jarang ke dalam negeri terus dilakukan, AS masih butuh bertahun-tahun untuk mandiri,” tulis Ellen Ehrnrooth dan Ed Mills dari Raymond James dalam analisis terbarunya.
Keduanya menambahkan, akses China terhadap semikonduktor AS kemungkinan juga akan menjadi salah satu topik utama dalam pertemuan mendatang.
Sementara itu, tur Trump ke Asia akan dimulai akhir pekan ini. Ia dijadwalkan menghadiri KTT ASEAN di Malaysia, forum 10 negara Asia Tenggara yang kerap dipandang sebagai penyeimbang ekonomi China.
Dalam kesempatan itu, Menteri Keuangan AS Scott Bessent juga akan bertemu langsung dengan wakil dari China untuk membuka jalan bagi pertemuan tingkat presiden.
Bessent menyebut pertemuan awal di Washington dengan Wakil Perdana Menteri China He Lifeng sebagai “terbuka dan mendalam.”
Tonton: Tiongkok Batasi Ekspor Tanah Jarang, Trump Meradang dan Langsung Getok Tarif 100%!
Setelah Malaysia, Trump akan bertolak ke Jepang, lalu menghadiri KTT APEC di Gyeongju, Korea Selatan, di mana pertemuan dengan Xi dijadwalkan berlangsung di sela-sela acara tersebut.
China sendiri tengah menggelar Sidang Pleno Komite Sentral Partai Komunis ke-20 di Beijing, yang akan menjadi forum internal penting sebelum pertemuan dengan AS.