kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.940.000   35.000   1,84%
  • USD/IDR 16.295   40,00   0,25%
  • IDX 7.045   -20,25   -0,29%
  • KOMPAS100 1.022   -2,15   -0,21%
  • LQ45 795   -1,03   -0,13%
  • ISSI 224   -0,62   -0,28%
  • IDX30 416   -0,26   -0,06%
  • IDXHIDIV20 491   -2,15   -0,44%
  • IDX80 115   -0,14   -0,12%
  • IDXV30 118   -0,37   -0,31%
  • IDXQ30 136   -0,37   -0,27%

Trump Ultimatum ke Putin, Beri Waktu Dua Minggu untuk Hentikan Perang


Jumat, 30 Mei 2025 / 18:24 WIB
Trump Ultimatum ke Putin, Beri Waktu Dua Minggu untuk Hentikan Perang
ILUSTRASI. Presiden AS Donald Trump memberi isyarat pada Upacara Peringatan Hari Memorial Nasional tahunan di Memorial Amphitheater, di Pemakaman Nasional Arlington di Arlington, Virginia, AS, 26 Mei 2025. Presiden AS Donald Trump memberi tenggat dua minggu kepada Presiden Rusia Vladimir Putin, Trump ancam akan memberikan respons berbeda.


Sumber: BBC | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  Presiden AS Donald Trump memberi tenggat dua minggu kepada Presiden Rusia Vladimir Putin. Jika tidak ada kemajuan, ia mengancam akan memberikan respons berbeda.

Pernyataan itu disampaikan Trump di Gedung Putih, Rabu, saat ditanya apakah ia yakin Putin ingin mengakhiri perang di Ukraina.

“Saya belum bisa bilang. Tapi dalam dua minggu, saya akan beri tahu,” kata Trump. Ini menambah daftar panjang kritik terbuka Trump terhadap Putin.

Sejak Minggu lalu, Trump terus menyerang Putin lewat media sosial. Ia menyebut Putin “benar-benar gila” dan “bermain api” setelah Rusia meningkatkan serangan ke Ukraina.

Baca Juga: Trump dan Putin Sepakat Hentikan Perang di Ukraina

Serangan terbaru Rusia disebut sebagai yang terbesar dan paling mematikan sejak perang dimulai empat tahun lalu. Di Kyiv, ibu kota Ukraina, sedikitnya 13 orang tewas, puluhan lainnya luka-luka, termasuk anak-anak.

Serangan masih terus berlangsung hingga Rabu, tanpa tanda-tanda mereda.

Trump kembali menegaskan, “Kita akan tahu dalam dua minggu, apakah dia hanya mempermainkan kita. Jika ya, maka respons kita akan berbeda.”

Pernyataan ini menunjukkan frustrasi Trump yang semakin dalam. Upaya Gedung Putih menengahi konflik sejauh ini belum membuahkan hasil.

Sebelumnya, Trump dan Putin sempat melakukan percakapan telepon selama dua jam. Trump menyebut pembicaraan itu berjalan “sangat baik.” Putin pun mengaku siap bekerja sama menyusun nota kesepahaman menuju perdamaian.

Namun, seminggu setelah percakapan itu, Rusia justru meluncurkan ratusan drone dan puluhan rudal ke Ukraina. Nota damai yang dijanjikan pun belum juga muncul.

Baca Juga: Trump Ultimatum China Tarif Tambahan 50% Jika Tak Batalkan Tarif Balasan

Ancaman Trump sejauh ini belum membuat Moskow tunduk. Ia juga belum pernah menindaklanjuti ancamannya secara nyata.

Sejak menjabat, Trump justru menekan Ukraina. Pada Maret, ia sempat menghentikan bantuan militer dan intelijen ke Kyiv selama delapan hari.

Sementara itu, AS tidak pernah secara terbuka menuntut konsesi besar dari Rusia. Gedung Putih membantah tuduhan bahwa mereka bersikap lunak terhadap Moskow, dengan menegaskan sanksi era Biden masih berlaku.

Namun, pendekatan diplomasi AS tampaknya justru membuat Rusia semakin percaya diri.

Setelah serangan terbaru, Trump menulis di Truth Social bahwa “sesuatu telah terjadi” pada Putin. Kremlin menyebut komentar itu “didorong oleh emosi.”

Serangan Rusia terus berlanjut. Trump lalu memperkeras nada. Selasa lalu, ia mengatakan Putin “bermain api” dan bahwa banyak hal buruk akan terjadi pada Rusia jika bukan karena dirinya.

Pihak Kremlin menanggapi pernyataan Trump dengan dingin. Seorang penasihat Putin mengatakan Trump “kurang mendapat informasi” soal kondisi sebenarnya.

Baca Juga: Jelang Pembicaraan Putin-Trump, Rusia Luncurkan Serangan Drone Terbesar Sejak Perang

Yury Ushakov, penasihat Putin, menyebut Trump tidak tahu soal “serangan teroris besar-besaran yang terus dilancarkan Ukraina ke kota-kota damai di Rusia.”

Sementara itu, Kanselir Jerman yang baru, Friedrich Merz, menyatakan dukungan untuk Ukraina. Berlin siap membantu Kyiv memproduksi rudal jarak jauh.

Kremlin memperingatkan bahwa pencabutan batasan jangkauan rudal Ukraina akan memperburuk situasi dan menghambat proses damai.

Trump kini mulai melunakkan tuntutannya. Awalnya ia menyerukan gencatan senjata 30 hari, yang hanya disetujui Ukraina. Kini ia lebih menekankan pentingnya pertemuan puncak dengan Putin untuk mencari terobosan.

Namun, Rusia justru meningkatkan tuntutannya. Moskow kini meminta Ukraina menyerahkan wilayah yang bahkan belum diduduki Rusia. Mereka juga menuntut AS mengakui Krimea sebagai bagian resmi dari Rusia.

Michael McFaul, mantan duta besar AS untuk Moskow, menyebut tuntutan ini sebagai “racun” yang sengaja dibuat Rusia agar Ukraina tak mungkin setuju. Tujuannya: menyalahkan Kyiv jika proses damai gagal.

Baca Juga: Donald Trump Janji Segera Bicara ke Putin dan Zelenskiy untuk Hentikan Perang

Perang ini telah menewaskan puluhan ribu orang dan menghancurkan wilayah timur serta selatan Ukraina. Rusia kini menguasai sekitar seperlima wilayah Ukraina, termasuk Krimea yang dianeksasi pada 2014.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuduh Moskow sengaja memperlambat proses damai. Rusia belum juga menyerahkan nota damai yang dijanjikan usai perundingan di Istanbul.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan dokumen itu masih dalam “tahap akhir.”

Selanjutnya: Akan Bagikan Dividen, Begini Rekomendasi Saham Tempo Scan Pacific (TSPC)

Menarik Dibaca: 20 Ucapan Nasionalisme Hari Lahir Pancasila Untuk Caption Tanggal 1 Juni 2025




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×