Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - KYIV. Rusia pada Minggu melancarkan serangan pesawat nirawak (drone) terbesar terhadap Ukraina sejak awal invasi, menghancurkan sejumlah rumah dan menewaskan sedikitnya satu perempuan.
Serangan ini terjadi sehari sebelum Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, dijadwalkan membahas usulan gencatan senjata dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Badan intelijen Ukraina menyatakan mereka meyakini Moskow juga berencana menembakkan rudal balistik antarbenua pada hari yang sama, sebagai bentuk intimidasi terhadap negara-negara Barat. Hingga saat ini, belum ada tanggapan resmi dari Moskow terkait tuduhan tersebut.
Baca Juga: Trump dan Zelenskiy Bersitegang, Ukraina Terancam dalam Perang Melawan Rusia
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, yang tengah berupaya memperbaiki hubungan dengan Washington setelah kunjungannya ke Gedung Putih pada Februari lalu gagal membuahkan hasil, mengadakan pertemuan dengan Wakil Presiden JD Vance dan Menteri Luar Negeri Marco Rubio di Roma, Minggu, di sela-sela pelantikan Paus Leo.
Zelenskiy menggambarkan pertemuan tersebut sebagai "baik" dan merilis sejumlah foto yang menunjukkan para pejabat Ukraina dan Amerika duduk bersama di luar ruangan, tersenyum di sekitar meja bundar. Media Ukraina melaporkan pertemuan berlangsung selama 40 menit.
"Saya tegaskan kembali bahwa Ukraina siap terlibat dalam diplomasi nyata dan menggarisbawahi pentingnya gencatan senjata penuh dan tanpa syarat sesegera mungkin,"*kata Zelenskiy, yang juga bertemu dengan Paus baru.
Ukraina dan Rusia menggelar pembicaraan langsung pertama mereka dalam lebih dari tiga tahun pada Jumat lalu, di tengah tekanan dari Trump agar kedua belah pihak menyepakati gencatan senjata dalam perang yang telah ia janjikan akan segera diakhiri.
Baca Juga: Putin Tegaskan Rusia akan Terus Jadi Benteng Melawan Nazisme dan Russophobia
Kedua negara sepakat untuk menukar 1.000 tahanan masing-masing, namun gagal mencapai kesepakatan gencatan senjata setelah Moskow mengajukan syarat-syarat yang disebut salah satu delegasi Ukraina sebagai "tidak dapat diterima".
Kanselir Jerman, Friedrich Merz, menyampaikan bahwa para pemimpin Inggris, Prancis, Jerman, dan Polandia berencana berbicara dengan Trump sebelum pembicaraan antara presiden AS dan Rusia berlangsung pada Senin.
Keempat pemimpin Eropa tersebut sebelumnya bersama-sama mengunjungi Kyiv dan menyerukan agar Trump mendukung sanksi baru terhadap Rusia.
Ketika ditanya apakah sudah waktunya menjatuhkan sanksi yang lebih keras terhadap Moskow, Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyatakan hal itu merupakan keputusan Presiden Trump.
"Saya kira kita akan lihat apa yang terjadi saat kedua pihak berunding," ujarnya dalam program Meet the Press di NBC News.
Baca Juga: Trump Menyalahkan Ukraina: Seharusnya Mereka Tidak Memulai Perang
"Presiden Trump telah menjelaskan dengan sangat jelas, bahwa jika Presiden Putin tidak bernegosiasi dengan itikad baik, Amerika Serikat tidak akan ragu untuk meningkatkan sanksi terhadap Rusia bersama dengan mitra-mitra Eropa kami."