Sumber: Newsweek | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - Blogger militer Rusia meremehkan ancaman dari jet F-16 yang dikirim ke Ukraina, berbeda dengan kekhawatiran sebelumnya dari pihak pro-invasi yang menyatakan bahwa "garis merah" Rusia telah dilanggar.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, pada hari Minggu mengumumkan bahwa Ukraina telah menerima jet F-16 yang dijanjikan. Ia mengucapkan terima kasih kepada Denmark, Belanda, dan Amerika Serikat atas dukungan tersebut.
Ini merupakan bagian dari janji Presiden AS, Joe Biden, untuk mengizinkan sekutunya memasok pesawat Amerika dan melatih pilot Ukraina. Hingga saat ini, Kyiv telah menerima 10 dari 79 jet yang diharapkan, dan menurut The Economist, jumlah ini bisa meningkat dua kali lipat pada akhir tahun ini.
Baca Juga: Ukraina Kembali Melewati 'Garis Merah' Rusia
Namun, para milblogger Rusia menganggap enteng dampak dari jet buatan Lockheed Martin yang mampu membawa bom, roket, dan rudal di medan perang.
Institut Studi Perang (ISW) menyatakan bahwa pendukung perang pro-Kremlin, yang sebelumnya menganggap kedatangan F-16 sebagai pelanggaran "garis merah", kini mengurangi intensitas klaim tersebut.
Dalam pembaruannya pada hari Minggu, lembaga pemikir yang berbasis di Washington, D.C. ini mengatakan bahwa komentator dan pejabat Rusia sering memperingatkan bahwa pemberian persenjataan Barat kepada Ukraina bisa memicu respons cepat dari Rusia.
Peter Rutland, pakar Rusia dan profesor di Universitas Wesleyan, menyebutkan bahwa sistem pertahanan udara yang kuat menghalangi kedua pihak untuk mencapai superioritas udara.
Baca Juga: Diam-Diam, Joe Biden Izinkan Ukraina Gunakan Senjata AS untuk Serang Wilayah Rusia
"F-16 akan meningkatkan kemampuan Ukraina untuk mencegat drone dan helikopter Rusia yang digunakan untuk mendukung serangan darat mereka," katanya kepada Newsweek. "Namun, hal ini tidak akan mengubah keadaan dalam semalam atau memicu respons besar dari Moskow."
Garis Merah
Sejak invasi besar-besaran dimulai oleh Vladimir Putin, sekutu Ukraina, yang dipimpin oleh AS, telah menyesuaikan bantuan militer mereka untuk menghindari eskalasi konflik.
Tahun lalu, Rusia mengeluarkan 15 pernyataan resmi "garis merah", dibandingkan dengan 24 pernyataan pada tahun pertama invasi. Putin mengatakan bahwa ancaman aksi nuklir bisa terjadi jika garis merah dilampaui, meskipun definisinya tidak jelas.
Persenjataan AS di Kyiv mencakup rudal Javelin, Stinger, HIMARS (Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi), dan Howitzer M777. Peringatan Rusia pada bulan September 2023 terhadap pasokan rudal ATACMS jarak jauh dari AS diabaikan pada bulan berikutnya.
Baca Juga: Pertama Kalinya, Ukraina Berhasil Serang Pesawat Siluman Su-57 Rusia
Pada November 2022, mantan presiden Dmitry Medvedev memperingatkan agar tidak memasok sistem rudal Patriot, namun pasokan ini belum memicu respons keras dari Moskow.
Rusia juga memperingatkan agar tidak ada rudal buatan Barat yang ditembakkan ke Rusia. Namun, serangan lintas batas Ukraina pada Desember 2023 menewaskan sedikitnya 21 orang di wilayah Belgorod, Rusia.
ISW pada hari Minggu mencatat bahwa kasus-kasus ini menunjukkan bahwa Moskow telah "berulang kali membuktikan" bahwa klaim "garis merah" adalah teknik untuk mencegah Barat memberikan bantuan militer tambahan kepada Ukraina.
Baca Juga: Drone Ukraina Terbang 1.100 Mil, Targetkan Pesawat Pengebom di Pangkalan Udara Rusia
ISW menyebutkan bahwa Kyiv dan sekutunya telah melewati garis merah yang ditetapkan Rusia tanpa reaksi signifikan dari Rusia, dan hal ini kemungkinan akan sama dengan respons Rusia terhadap F-16. Newsweek telah menghubungi kementerian pertahanan Rusia untuk memberikan komentar lebih lanjut.