Sumber: Reuters | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - BRUSSELS. Komisi Eropa baru-baru ini memperoleh dukungan penuh dari negara-negara anggota untuk memberlakukan tarif definitif terhadap kendaraan listrik yang diproduksi di Tiongkok.
Langkah ini merupakan respons terhadap hasil investigasi Komisi yang menemukan adanya subsidi merugikan dari pemerintah Tiongkok kepada produsen kendaraan listrik, yang telah menekan harga secara tidak adil di pasar Eropa.
Subsidi tersebut membuat kendaraan listrik asal Tiongkok jauh lebih murah dibandingkan dengan produk yang dibuat di Eropa, sehingga mengancam industri otomotif lokal.
Baca Juga: Masa Depan Suram Industri Otomotif Thailand
Namun, selain penerapan tarif, Komisi Eropa juga berkomitmen untuk melanjutkan negosiasi dengan pihak Tiongkok guna mencari solusi alternatif. Komisi menegaskan bahwa solusi tersebut harus mematuhi aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) serta mampu menangani subsidi yang merugikan tersebut.
Di samping itu, solusi yang ditawarkan juga harus dapat dipantau dan ditegakkan untuk memastikan keadilan dalam perdagangan internasional, khususnya di sektor kendaraan listrik.
Keputusan ini diambil di tengah kekhawatiran bahwa tanpa intervensi, industri kendaraan listrik Eropa akan mengalami kesulitan bersaing dengan produk-produk Tiongkok yang lebih murah. Tarif tersebut diharapkan dapat memberikan perlindungan bagi para produsen lokal dan memastikan persaingan yang lebih sehat di pasar Eropa.
Baca Juga: Volkswagen Pangkas Proyeksi Tahunan di Tengah Penurunan Permintaan Global
Dalam jangka panjang, kebijakan ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan industri kendaraan listrik di Eropa, yang menjadi bagian penting dari agenda transisi energi bersih Uni Eropa.
Meski demikian, negosiasi dengan Tiongkok masih akan terus dilakukan untuk mencapai solusi yang lebih diplomatis dan saling menguntungkan.
Komisi Eropa menegaskan bahwa meskipun tarif dapat menjadi instrumen yang efektif, dialog tetap merupakan pilihan terbaik untuk menjaga hubungan dagang yang baik antara Eropa dan Tiongkok, sekaligus melindungi kepentingan industri di kedua belah pihak.