kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.915.000   -19.000   -0,98%
  • USD/IDR 16.341   27,00   0,17%
  • IDX 7.544   12,60   0,17%
  • KOMPAS100 1.047   -4,04   -0,38%
  • LQ45 795   -5,29   -0,66%
  • ISSI 252   0,56   0,22%
  • IDX30 411   -3,03   -0,73%
  • IDXHIDIV20 472   -7,09   -1,48%
  • IDX80 118   -0,54   -0,46%
  • IDXV30 121   -0,69   -0,57%
  • IDXQ30 131   -1,32   -1,00%

Uni Eropa Peringatkan Momen Paling Berbahaya yang Melibatkan Rusia-China di 2027


Jumat, 25 Juli 2025 / 03:25 WIB
Uni Eropa Peringatkan Momen Paling Berbahaya yang Melibatkan Rusia-China di 2027
ILUSTRASI. Komisaris Pertahanan Uni Eropa yang pertama telah mengeluarkan peringatan keras: momen paling berbahaya di dunia bisa segera tiba pada 2027. REUTERS/Yves Herman


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Komisaris Pertahanan Uni Eropa yang pertama telah mengeluarkan peringatan keras: momen paling berbahaya di dunia bisa segera tiba pada 2027. Yakni Ketika Rusia dan Tiongkok mungkin melakukan koordinasi langkah-langkah agresif yang dirancang untuk menghancurkan pertahanan Barat.

Mengutip Fox News, Andrius Kubilius, Komisaris Uni Eropa untuk Pertahanan dan Antariksa, menggemakan pernyataan terbaru Jenderal Angkatan Udara AS Alexus Grynkewich, Panglima Tertinggi NATO untuk Operasi Udara. 

Kedua pejabat tersebut menyoroti 2027 sebagai tahun yang berpotensi menjadi titik kritis ketika aksi militer simultan oleh Moskow dan Beijing dapat meregangkan aliansi transatlantik hingga batas maksimalnya.

"Momen paling berbahaya bisa terjadi pada 2027, ketika Rusia dan Tiongkok akan melakukan langkah-langkah agresif ini secara terkoordinasi," kata Kubilius kepada wartawan dalam sebuah pengarahan di Washington.

Grynkewich telah memperingatkan pekan lalu bahwa Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya di Eropa harus siap menghadapi dua perang secara bersamaan. Satu di Eropa, jika Presiden Rusia Vladimir Putin meningkatkan eskalasi di Ukraina atau Eropa Timur. Dan satu lagi di Pasifik jika Presiden Tiongkok Xi Jinping melancarkan invasi ke Taiwan.

"Kita akan membutuhkan semua perlengkapan, peralatan, dan amunisi yang kita miliki untuk mengatasinya," kata Grynkewich.

Baca Juga: Setelah Ancaman Trump, China Janjikan Dukungan Lebih Besar untuk Rusia

Dalam pidatonya Senin malam, Kubilius mengatakan AS memiliki hak dan alasan untuk mengalihkan fokusnya ke Tiongkok.

"Kami menyadari bahwa Anda, rakyat Amerika, benar-benar memiliki hak dan alasan dalam perspektif jangka panjang untuk mulai bergeser lebih jauh ke Indo-Pasifik guna memitigasi meningkatnya kekuatan militer Tiongkok," katanya.

"Kita, bangsa Eropa, perlu meningkatkan kemampuan pertahanan kita. Itulah yang sedang kita lakukan," ujar mantan perdana menteri Lithuania tersebut.

Peringatan mereka sejalan dengan meningkatnya kekhawatiran di kalangan lembaga pertahanan AS atas apa yang sering disebut sebagai "Jendela Davidson". Ini merupakan sebuah istilah yang dicetuskan oleh mantan kepala Komando Indo-Pasifik, Laksamana Philip Davidson, yang bersaksi di hadapan Kongres pada tahun 2021 bahwa Tiongkok dapat mencoba untuk bersatu kembali secara paksa dengan Taiwan pada tahun 2027. 

Penilaian tersebut sejak saat itu menjadi tolok ukur yang banyak dikutip oleh para perencana militer yang bersiap menghadapi potensi krisis di Indo-Pasifik.

AS diperkirakan akan segera mengurangi postur pasukannya di Eropa untuk mengalihkan lebih banyak perhatian ke Indo-Pasifik.

Baca Juga: SIPRI: China Tambah 100 Hulu Ledak Nuklir per Tahun, Kejar AS dan Rusia

Periode 2027 menjadi semakin mendesak seiring Tiongkok mempercepat program modernisasi militernya, dengan tujuan mencapai apa yang disebut Xi Jinping sebagai kemampuan tempur "kelas dunia" menjelang peringatan seratus tahun Tentara Pembebasan Rakyat pada tahun 2027. 

Para pejabat AS dan NATO juga khawatir bahwa Rusia, meskipun mengalami kerugian besar di Ukraina, dapat menyusun kembali dan mengarahkan pasukannya untuk kembali melakukan agresi di Eropa Timur dalam jangka waktu yang sama – memberikan tekanan strategis pada dua front secara bersamaan.

Kubilius berkunjung ke Washington untuk menilai potensi kekurangan kemampuan pertahanan Eropa seiring AS semakin mengalihkan perhatian strategisnya ke Indo-Pasifik. Ia mengatakan negara-negara anggota Uni Eropa sedang aktif mempersiapkan perubahan postur militer Amerika di benua tersebut.

Pada tahun 2025, lebih dari 80.000 tentara AS ditempatkan di Eropa – jumlah yang diperkirakan akan menurun di tahun-tahun mendatang seiring Pentagon mendesak sekutu-sekutunya di Eropa untuk memikul tanggung jawab yang lebih besar atas pertahanan mereka sendiri.

Baca Juga: Putin dan Xi Jinping Tegaskan Komitmen Bersama Lawan Neo-Nazisme dan Unilateralisme

"Kami sedang mempersiapkan diri untuk memikul tanggung jawab di pundak kami," kata Kubilius. "Kami tidak tahu apa yang akan diputuskan oleh rakyat Amerika."

Kubilius menekankan bahwa Eropa tidak hanya harus mendanai pertahanannya sendiri, tetapi juga membangunnya. 

Ia mencatat bahwa Uni Eropa telah mengurangi ketergantungannya pada senjata buatan AS dari 60% dari total impor menjadi 40%, dan berharap dapat menurunkan ketergantungan tersebut lebih lanjut melalui peningkatan produksi dalam negeri.

Sebagai komisaris pertahanan, Kubilius ditugaskan untuk mengimplementasikan kerangka kerja senilai $840 miliar untuk "Mempersenjatai Kembali Eropa," termasuk fasilitas pinjaman sebesar €150 miliar yang tersedia bagi negara-negara anggota untuk membangun angkatan bersenjata dan kapasitas industri mereka.

Baca Juga: Misi Ambisius! China dan Rusia Berencana Bangun Pusat Energi Nuklir di Bulan

Secara terpisah, para pemimpin NATO pada pertemuan puncak bulan lalu di Washington menyetujui janji besar untuk meningkatkan anggaran pertahanan – menaikkan patokan dari 2% PDB menjadi 5% untuk negara-negara anggota, sebuah perubahan bersejarah dalam postur aliansi di tengah meningkatnya ketidakstabilan global.

Menambah rasa urgensi, Presiden Donald Trump mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan menawarkan sistem persenjataan canggih kepada Ukraina – dengan syarat mitra Eropa menanggung biayanya. Para menteri pertahanan Barat bertemu pada hari Senin untuk membahas mekanisme pembiayaan yang diusulkan.

"Kami akan mengirimkan Patriot ke NATO dan kemudian NATO akan mendistribusikannya," kata Trump pekan lalu, merujuk pada sistem pertahanan udara bernilai tinggi yang telah lama dicari Kyiv.

Kubilius menolak menjelaskan lebih lanjut senjata apa saja yang mungkin disertakan dalam paket tersebut, tetapi menggarisbawahi pentingnya mempertahankan dukungan yang teguh bagi pertahanan Ukraina terhadap invasi besar-besaran Rusia.

Tonton: Rusia Setuju Berunding dengan Ukraina di Istanbul Hari Ini

"Tiongkok sedang mengamati," ujarnya. "Tiongkok akan dapat menyimpulkan bahwa jika Barat lemah di Ukraina, maka kita dapat mengantisipasi perilaku agresif dari Tiongkok terhadap siapa pun."




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×