kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.174.000   10.000   0,46%
  • USD/IDR 16.692   5,00   0,03%
  • IDX 8.120   -4,72   -0,06%
  • KOMPAS100 1.128   -2,15   -0,19%
  • LQ45 807   -3,26   -0,40%
  • ISSI 283   0,45   0,16%
  • IDX30 424   -1,25   -0,29%
  • IDXHIDIV20 486   -3,13   -0,64%
  • IDX80 123   -0,34   -0,27%
  • IDXV30 133   -0,14   -0,11%
  • IDXQ30 134   -1,09   -0,81%

Vietnam Hadapi Tarif AS, Bidik Kesepakatan Dagang Bebas Baru


Rabu, 24 September 2025 / 09:24 WIB
Vietnam Hadapi Tarif AS, Bidik Kesepakatan Dagang Bebas Baru
ILUSTRASI. Vietnam's Prime Minister Pham Minh Chinh attends the 46th ASEAN Summit, at the Kuala Lumpur Convention Centre in Kuala Lumpur, Malaysia, May 26, 2025. REUTERS/Hasnoor Hussain


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - HANOI. Pemerintah Vietnam menegaskan akan melanjutkan negosiasi perdagangan dengan Amerika Serikat (AS) sambil berupaya menandatangani perjanjian dagang bebas (FTA) dengan pasar lain, dengan target pertumbuhan ekspor sebesar 12% pada tahun ini.

Perdana Menteri Pham Minh Chinh menyebutkan, Vietnam menargetkan penandatanganan FTA dengan negara-negara Mercosur dan Dewan Kerjasama Teluk (GCC) pada kuartal keempat 2025.

Baca Juga: UNDP: Vietnam Jadi Negara Asia Tenggara yang Paling Terpukul Penerapan Tarif AS

“Kami berkomitmen untuk terus membuka akses pasar internasional dan memperkuat hubungan perdagangan bilateral,” kata Pham dalam pernyataannya yang dipublikasikan di situs resmi pemerintah pada Rabu (24/9/2025).

Langkah ini dilakukan di tengah tekanan tarif Amerika Serikat yang menjadi pasar terbesar Vietnam.

Pada 7 Agustus lalu, AS mengenakan tarif 20% atas produk Vietnam, sementara barang yang ditransitkan melalui Vietnam dari negara ketiga dibebani tarif 40%.

Pemerintah Vietnam menilai kebijakan ini menimbulkan “tantangan dan kesulitan bagi ekspor,” yang disebabkan oleh persaingan strategis, konflik global, dan kebijakan tarif timbal balik AS.

Menurut estimasi United Nations Development Programme (UNDP), tarif AS berisiko memangkas hingga seperlima ekspor Vietnam ke AS, menjadikannya negara yang paling terdampak di Asia Tenggara.

Baca Juga: Vietnam Tutup 86 Juta Rekening Bank, Komunitas Kripto: Inilah Alasan Pakai Bitcoin

Meski menghadapi tantangan tersebut, data pemerintah menunjukkan kinerja ekspor Vietnam relatif kuat. Hingga 15 September 2025, ekspor negara itu tercatat meningkat 15,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, mencapai US$ 325,3 miliar.

Para analis menilai upaya Vietnam menegosiasikan FTA baru dan memperkuat hubungan perdagangan dengan berbagai negara merupakan strategi mitigasi risiko dari ketergantungan berlebihan pada pasar AS.

Selain itu, kesepakatan dengan Mercosur dan GCC diharapkan membuka peluang ekspor ke kawasan Amerika Selatan dan Timur Tengah yang memiliki potensi pertumbuhan tinggi.

Pemerintah Vietnam juga menekankan pentingnya diversifikasi pasar sebagai langkah strategis menghadapi ketidakpastian global, termasuk perang dagang, fluktuasi harga komoditas, dan kebijakan proteksionisme negara besar.

Baca Juga: Vietnam Geser Thailand sebagai Destinasi Favorit Wisatawan China

“Diversifikasi pasar bukan hanya strategi ekonomi, tapi juga upaya menjaga stabilitas dan pertumbuhan jangka panjang,” ujar seorang pejabat kementerian perdagangan Vietnam, yang meminta namanya tidak dipublikasikan.

Dengan langkah ini, Vietnam berharap dapat menjaga momentum ekspor, memanfaatkan peluang dari pasar baru, serta mengurangi risiko dari kebijakan tarif AS yang dinilai cukup membebani industri ekspor negara tersebut.

Selanjutnya: Diversifikasi Usaha dan Efisiensi Biaya Jadi Penopang Prospek Saham AADI ke Depan

Menarik Dibaca: Indeks Masih Dalam Tren Naik, Cek Rekomendasi Saham dari Mirae Sekuritas (24/9)




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×