kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.282.000   -45.000   -1,93%
  • USD/IDR 16.624   -5,00   -0,03%
  • IDX 8.093   -24,52   -0,30%
  • KOMPAS100 1.125   -4,40   -0,39%
  • LQ45 823   -1,92   -0,23%
  • ISSI 283   -0,49   -0,17%
  • IDX30 433   -0,40   -0,09%
  • IDXHIDIV20 498   -2,95   -0,59%
  • IDX80 126   0,00   0,00%
  • IDXV30 136   -0,02   -0,01%
  • IDXQ30 139   -0,09   -0,06%

Wariskan Kekayaan Langsung ke Cucu, Strategi Tak Lazim Sang Raja Cat Nippon Paint


Selasa, 28 Oktober 2025 / 17:58 WIB
Wariskan Kekayaan Langsung ke Cucu, Strategi Tak Lazim Sang Raja Cat Nippon Paint
ILUSTRASI. Goh Cheng Liang, salah satu orang terkaya di Singapura yang membangun kerajaan bisnis cat melalui kemitraan dengan perusahaan Jepang Nippon Paint, meninggal dunia pada Selasa (12/8) pagi di usia 98 tahun


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  SINGAPURA. Beberapa bulan sebelum meninggal dunia pada Agustus 2025 di usia 98 tahun, taipan cat asal Singapura Goh Cheng Liang ternyata sudah merancang matang masa depan kerajaan bisnisnya yang bernilai miliaran dolar.

Melansir The Business Times, Selasa (28/10/2025), dokumen resmi Nippon Paint mengungkap bahwa pada Desember 2024, saham perusahaan induk Nipsea International telah dialihkan kepada enam orang cucu Goh — dari total delapan cucunya. Mereka kini memegang satu miliar lembar saham senilai lebih dari S$ 10 miliar atau sekitar Rp 120 triliun.

Sementara itu, putra tunggal Goh, Goh Hup Jin, yang menjabat sebagai Chairman Nippon Paint, hanya menerima satu lembar saham preferen yang bisa ditebus, namun dengan hak suara sebesar 90,9%. 

Dengan demikian, kendali perusahaan tetap berada di tangannya meski kepemilikan telah beralih ke generasi ketiga.

Baca Juga: Nippon Paint Indonesia Berduka Atas Meninggalnya Raja Cat Singapura Goh Cheng Liang

Langkah keluarga Goh ini dinilai tidak lazim namun rasional oleh para ahli suksesi. 

Menurut Associate Professor Yupana Wiwattanakantang dari National University of Singapore, strategi tersebut masuk akal karena Goh Hup Jin yang sudah berusia 70-an bisa menghindari proses transfer kepemilikan kedua yang berpotensi mahal dalam waktu dekat. 

Sebaliknya, ia dapat fokus menyiapkan pemimpin berikutnya dari generasi cucu.

Salah satu cucu, Martin Lavoo (38), kini duduk di dewan direksi Nipsea dan menjadi wakil resmi perusahaan. Lavoo dikenal sebagai wirausahawan muda yang ikut mendirikan perusahaan pertanian urban Sustenir pada 2013. 

Baca Juga: Warisi Saham, Enam Cucu Mendiang Taipan Kerajaan Cat Jadi Miliarder Baru

“Langkah ini menunjukkan pemisahan antara kepemilikan dan kepemimpinan, yang merupakan ciri tata kelola profesional,” ujar Prof Yupana.

Ia menambahkan, kepemilikan saham cucu-cucu Goh tidak langsung pada Nippon Paint yang tercatat di bursa Tokyo, melainkan pada Nipsea selaku induk. Struktur ini mencegah saham keluarga dijual bebas di pasar dan menghindari berkurangnya kendali keluarga.

Langka namun Mulai Dilirik

Meski menarik, strategi pewarisan langsung ke cucu seperti keluarga Goh masih jarang ditemui di Asia. Michael Troth, Head of Wealth Planning Citi Private Bank Asia-Pacific, mengatakan sebagian besar keluarga bisnis tetap menerapkan pola klasik: dari generasi pertama ke anak, baru kemudian ke cucu.

Namun, dalam kondisi tertentu, pewarisan bisa “melompati generasi” jika cucu dinilai lebih cakap mengelola bisnis dibanding orang tuanya. “Risikonya adalah perbedaan visi antara generasi kedua dan ketiga yang dapat menimbulkan konflik,” ujarnya.

Angela Koh dari UOB Private Bank menambahkan, meski generasi kedua tidak memiliki saham, mereka biasanya tetap dilibatkan dalam keputusan strategis seperti kebijakan dividen dan perekrutan eksekutif senior. 

Baca Juga: Taipan Malaysia Robert Kuok Rayakan Ultah ke-102, Masih Aktif di Dunia Bisnis

Dalam beberapa tahun terakhir, ia juga melihat peningkatan praktik pewarisan langsung ke cucu, terutama untuk aset likuid seperti uang tunai dan saham, karena banyak anak generasi kedua yang sudah mapan secara finansial.

Hal senada diungkap Paul Chua dari Bank of Singapore. Menurutnya, beberapa kliennya memilih memberikan properti atau koleksi seni kepada anak, sementara sebagian kekayaan pribadi langsung diberikan ke cucu. 

“Bukan berarti melewati satu generasi, melainkan pembagian tanggung jawab antargenerasi,” katanya.




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×