Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
China Ambil Alih Peran AS
Dengan mundurnya AS, China diperkirakan akan menjadi kontributor terbesar dari sisi iuran wajib negara anggota, salah satu dari dua pilar utama pendanaan WHO selain donasi sukarela.
Kontribusi China akan naik dari sekitar 15% menjadi 20% dari total iuran negara berdasarkan reformasi sistem pendanaan yang telah disepakati sebelumnya.
“Kita harus belajar beradaptasi dengan tatanan multilateral baru tanpa Amerika. Hidup terus berjalan,” kata Duta Besar China untuk Jenewa, Chen Xu, dalam sebuah konferensi pers bulan lalu.
Sebagai tuan rumah sidang, Menteri Kesehatan Swiss Elisabeth Baume-Schneider membuka pertemuan dengan mengumumkan donasi sukarela sebesar US$80 juta untuk empat tahun ke depan.
Baca Juga: Trump Luncurkan Situs COVID-19: Salahkan China, Kritik WHO, dan Biden
Sejumlah pihak juga mulai menyerukan reformasi besar-besaran di tubuh WHO.
“Apakah WHO benar-benar perlu semua komite yang ada? Apakah harus menerbitkan ribuan laporan setiap tahun?” ujar Anil Soni, CEO dari WHO Foundation, badan penggalangan dana independen yang mendukung WHO.
Menurut Soni, fokus saat ini adalah memastikan agar proyek-proyek utama tetap berjalan di tengah krisis pendanaan.
Ini termasuk menggandeng donor dengan kepentingan khusus, seperti perusahaan farmasi dan lembaga filantropi.
Salah satu contohnya adalah ELMA Foundation, yang telah menyumbangkan US$2 juta untuk jaringan laboratorium global penyakit campak dan rubella, jaringan yang terdiri dari lebih dari 700 laboratorium di seluruh dunia.
Baca Juga: Hari Pertama Menjabat, Trump Kembali Perintahkan AS Keluar dari WHO
Di luar isu pendanaan, sidang majelis tahun ini juga membahas pengesahan perjanjian bersejarah tentang tata kelola pandemi di masa depan serta upaya penggalangan dana dari para donor.
Namun, bayang-bayang krisis keuangan akibat mundurnya AS tetap menjadi sorotan utama dalam pertemuan ini.