kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.894.000   23.000   1,23%
  • USD/IDR 16.435   -10,00   -0,06%
  • IDX 7.141   34,56   0,49%
  • KOMPAS100 1.040   6,83   0,66%
  • LQ45 812   5,50   0,68%
  • ISSI 225   1,86   0,83%
  • IDX30 424   3,56   0,85%
  • IDXHIDIV20 510   8,47   1,69%
  • IDX80 117   0,83   0,71%
  • IDXV30 122   2,00   1,67%
  • IDXQ30 139   1,66   1,21%

WHO Bersiap Hadapi Masa Depan Tanpa AS, China Ambil Alih Peran Pendonor Utama


Senin, 19 Mei 2025 / 17:37 WIB
WHO Bersiap Hadapi Masa Depan Tanpa AS, China Ambil Alih Peran Pendonor Utama
ILUSTRASI. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) tengah bersiap menghadapi masa depan tanpa dukungan dari Amerika Serikat (AS), salah satu kontributor pendanaan terbesarnya selama ini. REUTERS/Denis Balibouse


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID – JENEWA/LONDON. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) tengah bersiap menghadapi masa depan tanpa dukungan dari Amerika Serikat (AS), salah satu kontributor pendanaan terbesarnya selama ini.

Dalam sidang majelis tahunan yang dimulai Senin (19/5) di Jenewa, isu dominan yang mencuat adalah bagaimana WHO akan menangani berbagai krisis kesehatan, mulai dari mpox hingga kolera tanpa dukungan finansial dari AS.

Baca Juga: WHO: Angka Harapan Hidup Global Turun 1,8 Tahun, Penurunan Terbesar dalam Sejarah

Biasanya, pertemuan ini menjadi ajang untuk menyoroti peran WHO dalam menangani wabah, menyetujui vaksin, hingga memperkuat sistem kesehatan global.

Namun tahun ini, sejak Presiden AS Donald Trump memulai proses resmi keluar dari WHO melalui perintah eksekutif pada hari pertamanya menjabat Januari lalu, tema utama yang diangkat adalah soal penyusutan dan efisiensi organisasi.

“Kami harus fokus pada program-program bernilai tinggi,” ujar Daniel Thornton, Direktur Mobilisasi Sumber Daya WHO, kepada Reuters.

Meski demikian, apa yang dimaksud dengan “program bernilai tinggi” tersebut masih dalam pembahasan.

Para pejabat WHO menyebut bahwa pemberian panduan mengenai vaksin dan pengobatan untuk penyakit seperti obesitas dan HIV akan tetap menjadi prioritas.

Sebuah presentasi WHO yang dibagikan ke para donor dan dilihat oleh Reuters menunjukkan bahwa kegiatan yang berhubungan langsung dengan persetujuan obat dan penanganan wabah akan tetap dilindungi. Sebaliknya, pelatihan dan kantor WHO di negara-negara maju kemungkinan akan ditutup.

Baca Juga: Mengenal Indeks Skor BMI, Fungsi, dan Cara Menghitung Menurut WHO

AS sebelumnya menyumbang sekitar 18% dari anggaran WHO. Namun, AS tidak tercantum dalam daftar peserta resmi sidang tahun ini dan kursi perwakilan AS di ruang sidang tampak kosong saat acara dimulai.

“Kami harus berusaha dengan apa yang ada,” ujar seorang diplomat negara Barat yang enggan disebut namanya.

Sejak pengumuman Trump pada Januari, WHO telah bersiap dengan melakukan pemangkasan manajerial dan anggaran secara bertahap.

Berdasarkan hukum di AS, proses keluar dari WHO akan efektif pada 21 Januari 2026, sehingga AS secara teknis masih menjadi anggota hingga saat itu.

Trump yang menuduh WHO salah menangani pandemi COVID-19, tuduhan yang telah dibantah WHO, sempat menyatakan bahwa AS mungkin bisa bergabung kembali jika WHO “berbenah”.

Namun, hingga kini belum ada indikasi perubahan sikap dari pemerintah AS.

Sementara itu, WHO kini menghadapi lubang pendanaan sebesar US$600 juta untuk tahun ini, serta ancaman pemotongan 21% dari anggaran dua tahunan berikutnya.

Baca Juga: WHO Laporkan 9 Kasus MERS CoV di Arab Saudi, 2 Orang Meninggal

China Ambil Alih Peran AS

Dengan mundurnya AS, China diperkirakan akan menjadi kontributor terbesar dari sisi iuran wajib negara anggota, salah satu dari dua pilar utama pendanaan WHO selain donasi sukarela.

Kontribusi China akan naik dari sekitar 15% menjadi 20% dari total iuran negara berdasarkan reformasi sistem pendanaan yang telah disepakati sebelumnya.

“Kita harus belajar beradaptasi dengan tatanan multilateral baru tanpa Amerika. Hidup terus berjalan,” kata Duta Besar China untuk Jenewa, Chen Xu, dalam sebuah konferensi pers bulan lalu.

Sebagai tuan rumah sidang, Menteri Kesehatan Swiss Elisabeth Baume-Schneider membuka pertemuan dengan mengumumkan donasi sukarela sebesar US$80 juta untuk empat tahun ke depan.

Baca Juga: Trump Luncurkan Situs COVID-19: Salahkan China, Kritik WHO, dan Biden

Sejumlah pihak juga mulai menyerukan reformasi besar-besaran di tubuh WHO.

“Apakah WHO benar-benar perlu semua komite yang ada? Apakah harus menerbitkan ribuan laporan setiap tahun?” ujar Anil Soni, CEO dari WHO Foundation, badan penggalangan dana independen yang mendukung WHO.

Menurut Soni, fokus saat ini adalah memastikan agar proyek-proyek utama tetap berjalan di tengah krisis pendanaan.

Ini termasuk menggandeng donor dengan kepentingan khusus, seperti perusahaan farmasi dan lembaga filantropi.

Salah satu contohnya adalah ELMA Foundation, yang telah menyumbangkan US$2 juta untuk jaringan laboratorium global penyakit campak dan rubella, jaringan yang terdiri dari lebih dari 700 laboratorium di seluruh dunia.

Baca Juga: Hari Pertama Menjabat, Trump Kembali Perintahkan AS Keluar dari WHO

Di luar isu pendanaan, sidang majelis tahun ini juga membahas pengesahan perjanjian bersejarah tentang tata kelola pandemi di masa depan serta upaya penggalangan dana dari para donor.

Namun, bayang-bayang krisis keuangan akibat mundurnya AS tetap menjadi sorotan utama dalam pertemuan ini.

Selanjutnya: Tokio Marine Indonesia Bidik Pertumbuhan Premi Asuransi Properti 14% pada 2025

Menarik Dibaca: Bisnis Parfum Anak Muda Indonesia di Jepang Usung Misi Sosial



TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Thrive

[X]
×