Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - SHANGHAI. Harga tembaga mencapai rekor tertinggi pada Senin (1/12/2025) setelah smelter terkemuka China menyetujui rencana pemangkasan produksi pada tahun 2026 dan penawaran premium tertinggi dari Codelco, perusahaan penghasil tembaga terbesar di dunia.
Mengutip Reuters, harga kontrak tembaga teraktif di Bursa Berjangka Shanghai melonjak 2,08% menjadi 89.020 yuan (US$ 12.583,40) per metrik ton pada pukul 02.30 GMT, setelah mencapai rekor tertinggi di 89.650 yuan.
Sementara itu, harga acuan tembaga tiga bulan di Bursa Logam London juga naik ke rekor tertinggi sepanjang masa di US$ 11.294,5 per ton, setelah mencapai rekor tertinggi pada hari Jumat.
Kontrak tembaga London naik 0,24% menjadi US$ 11.216 per ton pada pukul 02.30 GMT.
Baca Juga: Ini Alasan Mengapa Beberapa Analis Percaya Harga Emas Bisa Tembus US$ 5.000 di 2026
Tim Pembelian Peleburan China (CSPT), sebuah kelompok peleburan tembaga terbesar China, mengatakan pada hari Jumat bahwa para anggotanya telah sepakat untuk memangkas produksi lebih dari 10% pada tahun 2026 dalam upaya untuk mengatasi biaya pemrosesan konsentrat tembaga yang negatif.
Para pedagang juga memposisikan diri setelah berita utama yang optimistis dari Asia Copper Week 2025 minggu lalu di Shanghai.
Codelco dari Chili, produsen tembaga terbesar dunia, menginginkan kenaikan premi tembaga yang dramatis bagi pembeli China, setinggi US$ 350 per ton selama minggu tersebut, level yang oleh banyak pihak dianggap tidak lagi relevan bagi para peserta China, menunjukkan sedikit dampak pada dinamika pasokan-permintaan tembaga secara lokal.
Penawaran untuk klien Codelco di Amerika Serikat juga melonjak di atas US$ 500 per ton.
Baca Juga: Harga Minyak Naik 1,5%: OPEC+ dan Isu Venezuela Picu Kenaikan
Menurut sumber, para peserta melihat premi Codelco dirancang bagi mereka yang memiliki akses ke bursa Comex untuk mendapatkan keuntungan dari arbitrase Comex-LME di tengah ketidakpastian tarif.
Meningkatnya optimisme akan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve pada bulan Desember juga membantu tembaga mencapai puncak baru, karena aktivitas ekonomi yang lebih besar dikaitkan dengan permintaan tembaga yang lebih tinggi.













