Sumber: Al Jazeera,Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - TAIPEI. Dua jet China terbang sebentar melintasi "garis tengah" Selat Taiwan - perbatasan de facto antara China dan Taiwan - pada Senin (10/8/2020) pagi.
Reuters memberitakan, menurut Angkatan Udara Taiwan dalam pernyataan yang dirilis oleh Kementerian Pertahanan, pesawat itu dilacak oleh rudal anti-pesawat Taiwan yang berbasis di darat dan "diusir" oleh pesawat Taiwan yang berpatroli.
Unjuk kekuatan terjadi setelah China mengutuk kunjungan tersebut di tengah hubungan yang memburuk antara Beijing dan AS dalam beberapa waktu terakhir.
Baca Juga: AS sambangi Taiwan, China beri peringatan: Mereka yang bermain api akan terbakar
Menurut media lokal yang dilansir Al jazeera, misi serupa telah memasuki wilayah udara dan perairan Taiwan setidaknya 20 kali di sepanjang tahun ini.
Sementara Taipei tidak diharuskan untuk mengungkapkan secara terbuka setiap pertemuan militer dengan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu memperingatkan pada bulan Juli bahwa Beijing mungkin bersiap untuk "menyelesaikan masalah Taiwan" yang dapat diartikan sebagai langkah untuk mengambil kendali atas pulau itu.
Baca Juga: Kunjungi Taiwan, China peringatkan Amerika Serikat untuk tidak bermain api
Al Jazeera memberitakan, Presiden China Xi Jinping tidak mengesampingkan kekerasan dalam merebut Taiwan, sebuah negara demokrasi dengan 23 juta orang yang diklaim oleh Partai Komunis Beijing sebagai miliknya meskipun tidak pernah memerintah pulau itu.
Para pejabat dan analis di Taiwan mengatakan peningkatan aktivitas militer tahun ini adalah pertanda bahwa Beijing mungkin mencari pengalih perhatian dari banyak masalah domestik, termasuk bencana banjir musim panas di China selatan, serta tekanan internasional pada berbagai masalah, termasuk pandemi virus corona baru dan perang dagang dengan AS.
Menurut Wang Ting-yu, seorang legislator Partai Progresif Demokratik dan anggota Komite Urusan Luar Negeri dan Pertahanan Nasional Taiwan, Taiwan telah lama menjadi kambing hitam yang nyaman bagi Partai Komunis di saat-saat sulit.
Baca Juga: Berhasil dilacak oleh rudal anti pesawat, Taiwan usir jet tempur China
"Tahun ini, aktivitas yang muncul dari PLA tampak sedikit lebih dari biasanya, terutama di bagian Tenggara Selat Taiwan. Kami melihat bahwa dibandingkan dengan situasi domestik China, Partai Komunis China memiliki beberapa masalah di dalam negaranya: Covid-19, banjir, kekurangan pangan dan ekonomi sedikit lebih buruk dari biasanya," kata Wang kepada Al Jazeera.
Dia menambahkan, "Kami pikir sesuatu terjadi di dalam kepemimpinan Komunis China, mungkin Xi menghadapi semacam tantangan, dan mereka menggunakan konflik luar untuk mengalihkan masalah kepemimpinan internal."
Baca Juga: Sekarang mesra, dulu AS pernah memusuhi Taiwan
Peningkatan tekanan militer pertama kali dicatat oleh pengamat China pada bulan Maret dan April dan berlanjut selama bulan-bulan berikutnya, bahkan ketika Taiwan mengadakan latihan domestik tahunannya sendiri pada bulan Juli untuk mempersiapkan kemungkinan serangan atau invasi oleh PLA.
Enoch Wu, seorang aktivis politik Taiwan dan mantan staf di Dewan Keamanan Nasional Taiwan, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa dia memperkirakan permusuhan antar kedua pihak akan meningkat.
"Tentu saja jumlah latihannya cukup tinggi tahun ini, tapi saya pikir kita harus melihatnya sebagai bagian dari tren jangka panjang. Setiap tahun, China terus meningkat dan meningkatkan aktivitas militernya, jadi dari tempat saya duduk, saya melihat bahwa sebagai bagian dari pola jangka panjang, permusuhan mungkin akan meningkat," kata Wu.
Baca Juga: Taiwan beritahu AS, China mau mengubahnya jadi Hong Kong berikutnya
"Ada ekspektasi publik di sini bahwa China akan terus meningkatkan tekanan, dan masih banyak lagi yang bisa mereka lakukan, dan akan lakukan, sebelum invasi terjadi."
Menurut Al Jazeera, krisis besar terakhir antara Beijing dan Taipei terjadi pada 1995-1996 ketika China menembakkan rudal ke perairan Taiwan menyusul kunjungan Presiden Taiwan Lee Teng-hui ke AS tak lama sebelum pemilihannya.
Sejak itu, Wu mengatakan China terus meningkatkan kemampuan Tentara Pembebasan Rakyat. "Insiden penting lainnya termasuk mendeklarasikan Zona Identifikasi Pertahanan Udara Laut China Timur, pembangunan pulau dan militerisasi di Laut China Selatan, pertempuran perbatasan dengan India, dan konflik dengan penjaga pantai dan kapal penangkap ikan Jepang," katanya.