Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Presiden Tiongkok Xi Jinping dijadwalkan memulai kunjungan kenegaraan ke tiga negara Asia Tenggara mulai 14 April 2025, menandai perjalanan luar negeri pertamanya tahun ini.
Langkah ini mencerminkan upaya strategis Beijing dalam memperkuat hubungan bilateral dengan tetangga terdekatnya di tengah meningkatnya tensi perdagangan dengan Amerika Serikat.
Tur Tiga Negara: Vietnam, Malaysia, dan Kamboja Jadi Prioritas
Menurut laporan dari kantor berita Xinhua, Xi akan mengunjungi Vietnam pada 14–15 April, diikuti dengan kunjungan ke Malaysia dan Kamboja dari 15 hingga 18 April. Ini merupakan kunjungan perdana Xi ke Malaysia sejak 2013 dan ke Kamboja sejak 2016.
Adapun kunjungan terakhirnya ke Vietnam terjadi pada Desember 2023, menunjukkan kedekatan hubungan kedua negara tersebut.
Baca Juga: Resmi! China Keluarkan Travel Warning untuk Warganya yang Berencana Pergi ke AS
Langkah ini juga mencerminkan pentingnya kawasan Asia Tenggara dalam kebijakan luar negeri Tiongkok, khususnya dalam menghadapi tekanan ekonomi akibat kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump.
China Dihantam Tarif 145% dari AS: Diplomasi Regional Jadi Jalan Keluar
Presiden Trump secara resmi menerapkan tarif impor sebesar 145% terhadap produk-produk asal Tiongkok mulai 9 April 2025. Sementara sebagian besar negara mitra seperti Kamboja (49%), Vietnam (46%), dan Malaysia (24%) juga turut terkena imbas tarif timbal balik dari AS, mereka masih berupaya menjalin dialog untuk mendapatkan pengecualian.
Sebaliknya, Tiongkok saat ini menjadi satu-satunya negara yang tetap berada di luar jalur negosiasi langsung dengan Washington, menjadikannya semakin aktif dalam menjalin kemitraan strategis dengan negara-negara tetangganya.
Fokus Utama di Vietnam: 40 Perjanjian dan Kerja Sama Perkeretaapian
Dua pejabat Vietnam menyebutkan bahwa sekitar 40 perjanjian bilateral akan ditandatangani antara Tiongkok dan Vietnam pada 15 April. Salah satu sektor utama yang disoroti adalah pembangunan infrastruktur kereta api, di mana Hanoi mengharapkan dukungan teknologi dan pendanaan dari Beijing.
Baca Juga: China Melawan Balik! Bank Sentral Batasi Pembelian Dolar AS untuk Menstabilkan Yuan
Selain sektor transportasi, kerja sama antara kementerian pertahanan dan kepolisian kedua negara juga akan diumumkan, meski belum jelas apakah perjanjian tersebut bersifat mengikat secara hukum maupun finansial.
Malaysia & Kamboja: "Air yang Mengalir Tak Bisa Diputus"
Media pemerintah Tiongkok mengutip pepatah lama saat menyoroti hubungan dengan Malaysia: “Air yang mengalir tak bisa diputus”. Xi juga dijadwalkan bertemu dengan para pemimpin Malaysia untuk memperdalam kerja sama ekonomi dan teknologi.
Di Kamboja, narasi persahabatan abadi kembali digaungkan. Beijing menyebut Perdana Menteri Hun Manet dan para pemimpin senior Kamboja sebagai “teman besi” Xi Jinping, mempertegas kedekatan hubungan historis kedua negara.
Baca Juga: Resmi! China Terapkan Tarif 84% atas Impor Produk AS, Perang Dagang Makin Memanas
Diplomasi Global: Beijing Bangun Koalisi Anti-Tarif
Tak hanya fokus di Asia Tenggara, Tiongkok juga memperluas pengaruhnya secara global. Menteri Perdagangan Wang Wentao telah melakukan serangkaian panggilan video dengan para mitranya dari Uni Eropa, Malaysia, Arab Saudi, dan Afrika Selatan.
Upaya ini bertujuan membangun garis pertahanan kolektif terhadap tarif AS yang dianggap merusak tatanan perdagangan global.
Sementara itu, Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang berdiskusi langsung dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen. Keduanya menegaskan komitmen pada sistem perdagangan multilateral yang adil dan seimbang.