Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS turun tipis pada perdagangan Senin (17/11/2025), seiring pelaku pasar menilai kembali peluang pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve pada bulan depan.
Penurunan yield terjadi di tengah mulai dirilisnya sejumlah data ekonomi yang sempat tertunda, termasuk laporan tenaga kerja bulanan yang sangat ditunggu.
Pekan lalu, komentar bernada hawkish dari beberapa pejabat The Fed membuat investor menurunkan ekspektasi pemotongan suku bunga pada Desember.
Baca Juga: Harga Minyak Stabil Usai Jatuh 4%, Pasar Cermati Risiko Oversupply dan Sanksi Baru AS
Saat ini, pelaku pasar di kontrak futures Fed funds hanya memandang peluang sekitar 40% untuk terjadinya penurunan suku bunga bulan depan.
Di sisi lain, baik pasar saham maupun obligasi tengah mencermati bagaimana perusahaan-perusahaan berbasis kecerdasan buatan (AI) membiayai pembangunan pusat data (data center).
Kekhawatiran meningkat bahwa struktur pembiayaan tersebut tidak sekuat yang diperkirakan sebelumnya.
“Hal ini sangat memengaruhi pasar kredit investment-grade dan kemudian merembet ke pasar obligasi yang lebih luas,” ujar Guy LeBas, Chief Fixed Income Strategist di Janney Montgomery Scott, Philadelphia.
“Ekspansi AI merupakan pendorong utama pertumbuhan ekonomi saat ini, sehingga dampaknya signifikan. Inilah kasus bearish yang kini menyebar lebih agresif dan membantu menarik yield Treasury sedikit lebih rendah,” tambahnya.
Baca Juga: Jerman Akan Cabut Penangguhan Penjualan Senjata ke Israel
Yield obligasi tenor 2 tahun, yang sensitif terhadap ekspektasi kebijakan The Fed, turun 0,6 basis poin menjadi 3,608%. Sementara itu, yield Treasury tenor 10 tahun melemah 0,7 basis poin menjadi 4,141%.
Selisih antara yield obligasi tenor 2 tahun dan 10 tahun indikator yang kerap dipantau untuk membaca kemungkinan resesi tercatat sebesar 53,1 basis poin.
Fokus utama pasar AS pekan ini adalah rilis laporan pekerjaan September pada Kamis.
Namun, keterlambatan publikasi dan gangguan proses pengumpulan data selama penutupan pemerintahan (government shutdown) diperkirakan menurunkan kualitas data ekonomi hingga akhir tahun.
Situasi ini membuat analisis kekuatan ekonomi AS semakin sulit, terutama di tengah kekhawatiran melemahnya pasar tenaga kerja dan inflasi yang masih cenderung lekat (sticky).
Baca Juga: Sinyal Bearish Muncul, Inflow 10.000 BTC Ancam Stabilitas Harga Bitcoin
“Akan ada banyak ketidakpastian, dan kemungkinan data ketenagakerjaan yang benar-benar akurat baru dapat diperoleh pada laporan pertama Januari mendatang,” ujar LeBas.
Penasihat ekonomi Gedung Putih, Kevin Hassett, juga mengatakan bahwa pemerintah akan merilis laporan ketenagakerjaan Oktober, namun tanpa menyertakan tingkat pengangguran.













