kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45845,50   -13,12   -1.53%
  • EMAS1.347.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ada Apa dengan Rusia dan Ukraina? Ini Penyebab Konflik Rusia dan Ukraina


Kamis, 27 Januari 2022 / 11:54 WIB
Ada Apa dengan Rusia dan Ukraina? Ini Penyebab Konflik Rusia dan Ukraina
ILUSTRASI. Ilustrasi konflik Rusia dan Ukraina.REUTERS/Oleksandr Klymenko


Penulis: Virdita Ratriani

KONTAN.CO.ID - Ada apa dengan Rusia dan Ukraina menjadi pertanyaan bagi sejumlah orang. Sebab, akhir-akhir ini Rusia dan Ukraina kembali bersitegang yang mengakibatkan terjadinya konflik Rusia dan Ukraina. 

Bahkan, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumpulkan ribuan tentara di perbatasan Ukraina. Melansir Aljazeera, Rusia telah memobilisasi sekitar 100.000 tentara di dekat perbatasannya dengan Ukraina. 

Awal bulan ini, seorang ahli militer terkemuka Ukraina mengatakan kepada Al Jazeera bahwa Rusia dapat menyerang Ukraina atau melakukan invasi pada awal Januari ini. Namun, Rusia membantah sedang merencanakan invasi. 

Pihak Rusia mengatakan dapat memindahkan pasukan Rusia ke mana pun ia mau dan tindakannya bersifat defensif. Para pejabat Rusia, termasuk Presiden Vladimir Putin, telah memperingatkan NATO agar tidak melakukan aktivitasnya di wilayah Timur Eropa. 

Lantas, sebenarnya ada apa dengan Rusia dan Ukraina? Serta apa penyebab konflik Rusia dan Ukraina? 

Baca Juga: Apa Itu NATO? Ini Penjelasan Singkat, Tujuan, dan Anggota NATO

Ada apa dengan Rusia dan Ukraina? 

Ilustrasi konflik Rusia dan Ukraina

Wilayah yang sekarang disebut Ukraina, Rusia, dan Belarusia adalah bagian dari Kievan Rus. Kievan Rus adalah negara adidaya abad pertengahan yang berpusat di tepi Sungai Dnieper, hampir 1.200 tahun yang lalu. 

Tetapi Rusia dan Ukraina memiliki bahasa, sejarah dan, yang paling penting, politik yang berbeda. Namun, Putin telah berulang kali mengklaim bahwa Rusia dan Ukraina adalah "satu", bagian dari "peradaban Rusia" yang juga mencakup negara tetangga Belarusia. 

Sementara itu, Ukraina menolak klaim Putin tersebut. Ukraina mengalami dua revolusi pada 2005 dan 2014. 

Keduanya menolak supremasi Rusia dan mencari jalan untuk bergabung dengan Uni Eropa dan NATO (North Atlantic Treaty Organization) atau Pakta Pertahanan Atlantik Utara. 

Putin pun sangat marah dengan kemungkinan adanya pangkalan NATO di perbatasannya jika Ukraina bergabung dengan aliansi tersebut. Sebab, NATO adalah aliansi militer yang didirikan lantaran persaingan blok Barat dengan Uni Soviet dan sekutunya pasca-Perang Dunia II. 

Baca Juga: Harga Minyak Lanjut Menguat, Didorong Pengetatan Pasar

Konflik Rusia dan Ukraina 2014

Konflik Rusia dan Ukraina telah terjadi sejak 2014. Saat itu, Ukraina menggulingkan presidennya yang pro-Rusia, Viktor Yanukovych.

Pelengseran Yanukovych menyebabkan konflik dalam pemerintahan Ukraina yang terbagi menjadi dua golongan yaitu pendukung Uni Eropa dan pendukung Rusia.

Putin pun menggunakan kekosongan kekuasaan untuk mencaplok Krimea dan mendukung pemberontakan dari golongan separatis atau pendukung Rusia di provinsi tenggara Donetsk dan Luhansk.

Campur tangan Rusia atas permasalahan Ukraina didasarkan pada kepentingan politik dan ekonomi. Letak geopolitik Crimea yang strategis ingin dimanfaatkan Rusia untuk memperkuat pengaruh di kawasan Eropa Timur dan Timur Tengah.

Baca Juga: Asal Muasal Mengapa Rusia dan Ukraina Perang dan Apa yang Diincar Putin?

Ilustrasi konfik Rusia dan Ukraina

Konflik Rusia dan Ukraina tersebut berubah menjadi perang terpanas di Eropa. Serta telah menewaskan lebih dari 13.000 orang dan jutaan orang mengungsi.

Saat konflik Rusia dan Ukraina tahun 2014, militer Ukraina kekurangan perlengkapan dan demoralisasi, sementara pemberontak memiliki “konsultan” dan persenjataan Rusia.

Namun, pada konflik Rusia dan Ukraina saat ini, Ukraina jauh lebih kuat secara militer dan ribuan sukarelawan yang membantu mengusir separatis siap untuk melakukannya lagi.

Ukraina membeli atau menerima persenjataan canggih dari Barat dan Turki, termasuk rudal Javelin yang terbukti mematikan bagi tank separatis. Serta drone Bayraktar yang memainkan peran penting dalam perang tahun lalu antara Azerbaijan dan Armenia.

Sementara itu, Ukraina telah mendorong pembangunan domestik dan produksi senjata beberapa di antaranya sama efektifnya dengan persenjataan Barat.

Baca Juga: The Fed Isyaratkan Akan Segera Naikkan Suku Bunga, dan Rencana Pengurangan Neraca

Dimensi ekonomi konflik Rusia dan Ukraina

Ilustrasi konflik Rusia dan Ukraina

Terlepas dari alasan ideologis dan politik, ada dimensi ekonomi dibalik konflik Rusia dan Ukraina. Putin telah mati-matian memaksa Ukraina menjadi anggota dalam blok perdagangan bebas yakni Uni Ekonomi Eurasia (EAEC) yang didominasi Rusia. 

Uni Ekonomi Eurasia (EAEC) menyatukan beberapa negara bekas Republik Soviet dan secara luas dipandang sebagai langkah pertama untuk mereinkarnasi Uni Soviet.

Dengan populasi 43 juta dan hasil pertanian dan industri yang kuat, Ukraina seharusnya menjadi bagian terpenting dari EAEC setelah Rusia, tetapi Ukraina menolak untuk bergabung.

Baca Juga: Pesawat Amerika Bawa Rudal dan Peluncur Javelin ke Ukraina, Ini Aksi Balasan Rusia

Mengacu pada teori ekonomi model Paul Krugman, untuk menciptakan pasar swasembada, seseorang membutuhkan populasi sekitar 250 juta. Sehingga, Ukraina dan Uzbekistan (dengan populasi 34 juta) perlu dimasukkan dalam "reinkarnasi Uni Soviet" tersebut. 

Itu sebabnya ada perang geo-politik permanen di sekitar negara-negara ini termasuk memicu konflik Rusia dan Ukraina. Ekonomi Ukraina tenggelam setelah memutuskan hubungan dengan Rusia, yang pernah menjadi mitra ekonomi terbesarnya.

Tetapi tujuh tahun setelah konflik, resesi berakhir, karena harga dunia untuk biji-bijian dan baja sebagai ekspor utama Ukraina mulai meroket sehingga memulihkan kondisi ekonomi Ukraina. 

Itulah penjelasan mengenai ada apa dengan Rusia dan Ukraina serta penyebab konflik Rusia dan Ukraina. 




TERBARU

[X]
×