Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi
Tetapi Zhang yang kini bekerja sebagai peneliti di Institut Nasional Studi Laut Cina Selatan, mengatakan hal tersebut tidak selalu seperti itu. Dalam lebih dari 30 tahun di agensi tersebut, dia bilang ada sejumlah proyek penelitian kolaboratif dengan para ilmuwan dari seluruh wilayah.
"Kami membangun mekanisme komunikasi yang komprehensif dan bekerja bersama untuk menyelamatkan banyak orang," katanya.
Baca Juga: Output industri China Mei naik 4,4%, penjualan ritel turun 2,8%
"Tidak masalah apakah mereka orang China atau Korea atau Vietnam, atau apa pun. Di mata penyelamat, nyawa itu penting, bukan dari mana asalnya. ”
Meskipun Beijing telah berulang kali mengatakan bahwa program pembangunan pulau adalah untuk kebaikan global, tidak hanya memberi manfaat bagi kapal dagang yang lewat tetapi juga nelayan dari seluruh Asia Tenggara, banyak pengamat yang kurang yakin.
"Kecuali mercusuar, penggunaan semua layanan publik lainnya yang ditawarkan oleh China sangat terbatas, sementara jumlah perselisihan antara nelayan Tiongkok dan saingan mereka dari negara-negara tetangga terus meningkat," kata Zhang Mingliang, seorang profesor yang mengkhususkan diri dalam studi Laut Cina Selatan di Universitas Jinan di Guangzhou.
"Perselisihan dan kebuntuan ini adalah hasil dari konsep yang sudah ketinggalan zaman dimana banyak orang China menganggap sumber daya Laut China Selatan sebagai keuntungan eksklusif yang tidak boleh dibagi," kata Zhang.
Baca Juga: Puluhan kasus corona muncul di pasar grosir Beijing, warga China cemas gelombang dua
"Tetapi opsi yang lebih berkelanjutan adalah bagi China, sebagai negara terbesar dan paling kuat di kawasan ini, untuk berbagi sumber daya itu, dan dengan demikian membantu menjaga perdamaian dan stabilitas jangka panjang," ungkapnya.