Reporter: Ferrika Sari | Editor: Noverius Laoli
Gagasan serupa telah dijalankan di beberapa negara bagian lain walaupun dalam skala yang jauh lebih kecil. Kepala Pelayanan Publik Kota Amy Hess mengatakan, tujuh orang yang melanggar peraturan karantina di Louisville, Kentucky diperintahkan pengadilan untuk mengenakan alat pelacak GPS yang diproduksi oleh Sistem SCRAM yang berbasis di Colorado.
Meskipun ia lebih suka tidak menggunakan alat tersebut, tapi hukum berhak menjatuhkan hukuman kurungan rumah demi melindungi kesehatan masyarakat.
"Kami tidak ingin mengambil kebebasan orang tetapi pada saat yang sama kami memiliki pandemi," katanya.
Di ibukota Virginia Barat, Charleston, pejabat Kanawha Mike Rutherford bahkan telah menyewa 10 gelang kaki untuk pemantauan lokasi tambahan dari GEO Group Inc.
Baca Juga: Ilmuwan: Kecil kemungkinan Covid-19 ditularkan melalui seks
Sementara itu, Presiden Shadowtrack Technologies Inc. Robert Magaletta, bilang perusahaan telah memasok hampir 250 klien di seluruh sistem peradilan.
Pihaknya telah menerima telepon dari pemerintah negara bagian dan lokal tentang menggunakan kembali alat ini demi penegakan kebijakan karantina. Meskipun mereka tidak mau menyebutkan nama para calon pembeli.
Kris Keyton, dari E-Cell yang berbasis di Arkansas, mengatakan dia baru-baru ini didekati oleh sebuah lembaga negara yang ingin menyesuaikan aplikasi pelacak tahanan corona untuk penegakan kebijakan karantina. Lembaga itu meminta perubahan kata klien dalam istilah E-Cell untuk menyebut tahanan menjadi kata pasien.
Baca Juga: Trump pertimbangkan lebih banyak tindakan untuk pemulihan ekonomi akibat virus corona
Industri ini memiliki dua cara utama untuk melacak para pelanggar karantina. Salah satunya adalah melalui gelang kaki, perangkat bertenaga baterai yang diikat ke kaki seseorang dan dipantau melalui GPS.