Sumber: CNN | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Hubungan Amerika Serikat dan China soal Hong Kong makin memanas. Kali ini Departemen Luar Negeri AS menuduh China telah berperilaku seperti preman setelah data pribadi diplomat Amerika di Hong Kong dipublikasikan oleh surat kabar pro pemerintah.
Kementerian Luar Negeri China sebelumnya mengatakan bahwa pihaknya telah memanggil seorang perwira yang bertugas di Konsulat Jenderal AS di Hong Kong setelah mereka mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh oposisi setempat yang disebutnya sebagai aktivis kemerdekaan Hong Kong.
Langkah ini dilakukan ketika Hong Kong memasuki akhir pekan kesepuluh dari protes yang semakin keras dan mengganggu.
Baca Juga: Harga produsen China turun untuk pertama kalinya dalam tiga tahun
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri China mengatakan telah memberikan pernyataan keras dengan konsulat dalam pertemuan tersebut dengan mengekspresikan ketidaksetujuan dan oposisi.
"Washington harus segera membuat terobosan bersih dari pasukan anti-China yang menimbulkan masalah di Hong Kong, berhenti mengirimkan informasi yang salah kepada pelaku kekerasan, dan menahan diri dari campur tangan dengan urusan Hong Kong," tulis pernyataan tersebut.
Diplomat itu diidentifikasi sebagai Julie Eadeh. Surat kabar pro-Beijing Ta Kung Pao foto-foto pertemuan Eadeh dengan aktivis pro-demokrasi Hong Kong Joshua Wong dan anggota lain dari partai politiknya Demosisto, di sebuah hotel mewah di kota tersebut.
Selain mengidentifikasi Eadeh, Ta Kung Pao juga menerbitkan nama suaminya dan anak-anak mereka.
Baca Juga: Perang dagang, perusahaan China ramai-ramai pindahkan usaha ke Malaysia
Langkah tersebut disambut dengan kemarahan Washington, di mana juru bicara Departemen Luar Negeri Morgan Ortagus menuduh China berperilaku tidak bertanggung jawab.
"Saya tidak berpikir bahwa membocorkan informasi pribadi, gambar dan nama anak-anak diplomat Amerika adalah protes resmi," katanya pada briefing reguler.
"Itulah yang akan dilakukan rezim preman. Itu bukan bagaimana cara negara yang bertanggung jawab berperilaku. Melepaskan informasi pribadi diplomat Amerika itu sama sekali tidak bisa diterima," lanjutnya.
Ortagus mengatakan adalah hal yang normal bagi para diplomat AS untuk bertemu dengan para pemrotes dan tokoh-tokoh oposisi, di mana pun mereka bekerja.
Baca Juga: Serangkaian cuitan kemarahan Trump soal penguatan dollar kepada The Fed
"Ini benar-benar terjadi di setiap negara di mana kedutaan besar Amerika hadir. Jadi diplomat kami melakukan pekerjaannya dan kami memuji dia atas pekerjaannya," katanya.
"Hal ini tidak hanya dilakukan oleh diplomat Amerika, namun juga para diplomat dari negara lain," ungkap dia.
Dalam menanggapi komentar Ortagus tersebut, seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina mengatakan pernyataan tersebut adalah fitnah yang terang-terangan terhadap China.
"Ini menunjukkan logika gangster dan pola pikir hegemonik AS yang menganggap dirinya sebagai yang paling unggul," kata jurubicara tersebut.