Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah militer Myanmar mengumumkan pembebasan 5.864 tahanan sebagai bagian dari amnesti untuk memperingati hari kemerdekaan negara tersebut.
Pembebasan ini mencakup 180 warga asing, meskipun negara tersebut masih berada dalam kekacauan politik dan sosial.
Myanmar mengalami gejolak sejak militer menggulingkan pemerintahan sipil yang terpilih pada awal 2021. Setelah peristiwa tersebut, militer melakukan penindasan keras terhadap protes pro-demokrasi, yang akhirnya memicu pemberontakan bersenjata di seluruh negeri.
Baca Juga: Sensus Myanmar 2024: Populasi 51,3 Juta, Kelompok Rohingya Tak Dianggap
Rencana Pemilu yang Dipertanyakan
Junta militer Myanmar mengungkapkan rencananya untuk menggelar pemilu tahun ini. Namun, rencana tersebut mendapat kritik tajam dari berbagai kelompok oposisi yang menganggapnya sebagai pemilu yang tidak sah dan tidak memenuhi prinsip demokrasi.
Di antara banyaknya tahanan yang masih dipenjara oleh junta, salah satu yang paling terkenal adalah Aung San Suu Kyi, mantan pemimpin Myanmar dan peraih Nobel Perdamaian.
Suu Kyi saat ini tengah menjalani hukuman 27 tahun penjara terkait dengan 14 tuduhan kriminal, yang semuanya dibantah oleh dirinya.