Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - DUBAI. Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menegaskan pada hari Senin (22/2/2021) bahwa Iran mungkin memperkaya uranium hingga kemurnian 60% jika negara itu membutuhkannya. Iran juga bilang, negaranya tidak akan pernah menyerah pada tekanan AS atas program nuklirnya.
Melansir Reuters, kesepakatan nuklir Iran 2015 dengan enam kekuatan, yang telah dilanggar sejak Amerika Serikat mundur pada 2018, membatasi kemurnian fisil yang dapat digunakan Teheran untuk memurnikan uranium pada level 3,67%, jauh di bawah angka 20% yang dicapai sebelum kesepakatan. Kesepakatan itu juga jauh di bawah 90%, yang cocok untuk digunakan dalam senjata nuklir.
“Tingkat pengayaan uranium Iran tidak akan dibatasi hingga 20%. Kami akan meningkatkannya ke tingkat apa pun yang dibutuhkan negara ... Kami dapat meningkatkannya menjadi 60%," kata Khamenei dalam siaran TV nasional Iran.
Dia menambahkan, “Pihak Amerika dan Eropa dalam kesepakatan itu telah menggunakan bahasa yang tidak adil terhadap Iran ... Iran tidak akan menyerah pada tekanan. Sikap kami tidak akan berubah,” kata Khamenei seperti yang dilansir Reuters.
Baca Juga: AS buka peluang diskusi dengan Iran demi kembali ke kesepakatan nuklir
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan komentar Khamenei terdengar seperti ancaman dan menolak untuk menanggapi apa yang dia gambarkan sebagai "hipotetis" dan "sikap".
Dia menegaskan kembali kesediaan AS untuk terlibat dalam pembicaraan dengan Iran tentang kembali ke kesepakatan nuklir 2015.
Baca Juga: Joe Biden dapat peringatan, perang di Laut China Selatan bisa terjadi tahun ini
Pemerintahan Biden mengatakan pekan lalu bahwa pihaknya siap untuk berbicara dengan Iran tentang rencana untuk kembali ke perjanjian yang ditinggalkan oleh mantan Presiden AS Donald Trump.
Teheran pada pekan lalu mengatakan sedang mempelajari proposal Uni Eropa untuk pertemuan informal antara anggota kesepakatan saat ini dan Amerika Serikat. Akan tetapi, Iran belum menanggapinya.
Iran, yang telah kembali memperkaya kemurnian uranium hingga 20% dalam upaya nyata untuk meningkatkan tekanan pada Amerika Serikat, telah berselisih dengan Washington mengenai pihak mana yang harus mengambil langkah awal untuk menghidupkan kembali perjanjian itu.
Baca Juga: Biden akhirnya menghubungi Netanyahu, bicarakan Palestina hingga ancaman Iran
Meskipun di bawah tekanan domestik yakni kesulitan ekonomi yang diperburuk oleh sanksi, para pemimpin Iran bersikeras Washington harus mengakhiri kampanye hukumannya terlebih dahulu untuk memulihkan kesepakatan. Sementara, Washington mengatakan Teheran harus kembali ke perjanjian dan mematuhinya secara penuh.
Jalur diplomasi
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pada hari Senin bahwa Washington bermaksud untuk mendukung dan memperpanjang pakta 2015, yang bertujuan untuk membatasi potensi pengayaan uranium Iran sebagai imbalan atas pencabutan sebagian besar sanksi.
Baca Juga: Iran: Kata-kata tidak baik, kami ingin hanya aksi Amerika soal kesepakatan nuklir
Blinken, yang berpidato di Konferensi Perlucutan Senjata di Jenewa, mengatakan dalam pidato yang direkam sebelumnya: “Amerika Serikat tetap berkomitmen untuk memastikan bahwa Iran tidak pernah memperoleh senjata nuklir. Diplomasi adalah jalan terbaik untuk mencapai tujuan itu.”
Khamenei, dalam sambutannya yang disiarkan televisi, mengulangi penyangkalan atas niat Iran untuk mempersenjatai pengayaan uranium.
Dia menambahkan: “Badut Zionis internasional (Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu) mengatakan mereka tidak akan mengizinkan Iran memproduksi senjata nuklir. Pertama-tama, jika kita memiliki niat seperti itu, bahkan mereka yang lebih kuat darinya tidak akan bisa menghentikan kita. ”
Untuk menekan pemerintahan Biden agar menjatuhkan sanksi, parlemen Iran yang didominasi garis keras mengesahkan undang-undang tahun lalu yang mewajibkan pemerintah untuk mengakhiri inspeksi mendadak oleh pengawas nuklir PBB mulai Selasa jika sanksi tidak dicabut.
Baca Juga: Gelar latihan militer bersama Iran, kapal perang Rusia tiba di Samudera Hindia
Utusan Iran untuk IAEA, Kazem Gharibabadi, mengatakan Iran telah mengakhiri implementasi yang disebut Protokol Tambahan, yang memungkinkan Badan Energi Atom Internasional untuk melakukan inspeksi mendadak pada tengah malam (2030 GMT).