kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 15.875   5,00   0,03%
  • IDX 7.314   118,54   1,65%
  • KOMPAS100 1.121   16,95   1,53%
  • LQ45 892   14,50   1,65%
  • ISSI 223   2,40   1,09%
  • IDX30 459   10,01   2,23%
  • IDXHIDIV20 553   13,38   2,48%
  • IDX80 129   1,38   1,09%
  • IDXV30 137   2,73   2,03%
  • IDXQ30 152   3,22   2,16%

Angka putus sekolah perempuan di Asia melonjak, ini alasannya


Minggu, 20 September 2020 / 14:20 WIB
Angka putus sekolah perempuan di Asia melonjak, ini alasannya
ILUSTRASI. Warga Bangladesh. Angka putus sekolah perempuan di Asia melonjak di tengah pandemi. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain TPX IMAGES OF THE DAY


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi

Defisit pendidikan perempuan adalah salah satu faktor kunci yang menghambat partisipasi angkatan kerja perempuan dan upah mereka. Satu tahun tambahan pendidikan sekolah menengah untuk anak perempuan dapat meningkatkan penghasilan mereka di masa depan sebanyak 20%.

Hambatan yang menghalangi anak perempuan untuk menyelesaikan pendidikan 12 tahun dan kesempatan belajar yang terbatas membuat negara kehilangan produktivitas dan pendapatan seumur hidup sebesar US$ 30 triliun.

“Tren yang mengkhawatirkan adalah pembukaan kembali sekolah, bukan berarti otomatis semua anak akan kembali ke sekolah. Pandemi memiliki dampak ekonomi yang tinggi bagi wilayah tersebut. Jika anak perempuan tidak memiliki akses ke kesempatan belajar, sangat mungkin keluarga dan masyarakat akan kurang mampu beradaptasi dengan guncangan ekonomi,” jelas Francisco Benavides, penasihat pendidikan regional di UNICEF Asia Timur dan Pasifik.

Baca Juga: Melihat kehidupan keturunan Jawa dan Muslim di Suriname

Mendidik anak perempuan juga terbukti mengarah pada kesetaraan gender yang lebih besar. Misalnya, di Thailand, wanita memegang 32% peran manajemen senior, dibandingkan dengan rata-rata 27% secara global, menurut data Grant Thornton yang diterbitkan pada tahun 2020.

Mereka membentuk 24% kepala eksekutif dan 43% kepala keuangan. Meskipun Thailand adalah pencilan, ini menunjukkan apa yang bisa dicapai ketika perempuan dididik.

Lanjut Benavides, meskipun negara-negara lain di kawasan ini juga telah membuat kemajuan dalam pendidikan anak perempuan dalam beberapa dekade terakhir, virus tersebut membuat kawasan itu "akan mundur beberapa tahun.

“Kami akan kehilangan kemajuan. Efek spillover akan sangat besar karena mungkin juga berdampak pada generasi setelah ini. Perlu waktu bertahun-tahun bagi kami untuk kembali ke tempat kami sebelumnya. Ini tidak akan membantu ekonomi Asia,” pungkas Benavides.

Selanjutnya: Trump mendukung kesepakatan untuk mengizinkan TikTok beroperasi di Amerika Serikat



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×