Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JOHANNESBURG. Sekelompok negara-negara berkembang menyelesaikan pertemuan puncaknya di Afrika Selatan pada Kamis (24/8/2023) lalu dengan menyambut enam anggota baru. Akan tetapi, pertemuan tersebut tidak menghasilkan mata uang baru yang disebut-sebut akan menjadi penantang dolar AS.
Melansir Business Insider, KTT Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan atau negara-negara BRICS yang juga mencakup Arab Saudi, Iran, Ethiopia, Mesir, Argentina, dan Uni Emirat Arab.
Ini merupakan ekspansi pertama blok tersebut dalam 13 tahun terakhir karena berupaya menjadi alternatif terhadap kelompok yang dipimpin negara-negara Barat.
Meskipun terdapat pembicaraan mengenai kemungkinan pembentukan mata uang bersama untuk menyaingi dolar AS, hal tersebut tidak terjadi. Faktanya, perbincangan dari negara-negara BRICS mengenai masalah ini berbeda-beda, menunjukkan adanya perbedaan pendapat yang mungkin menunda perkembangan tersebut.
Ketika alternatif dolar ini sedang dibahas, data dari SWIFT menunjukkan bahwa greenback digunakan untuk 46% pembayaran valuta asing melalui sistem komunikasi pada bulan Juli.
Berikut pernyataan pemimpin lima negara anggota BRICS mengenai de-dolarisasi:
Baca Juga: Dedolarisasi Kian Gencar, Simak Penjelasan Analis
1. Brazil
Presiden Brazil menyerukan mata uang BRICS
“Penciptaan mata uang untuk transaksi perdagangan dan investasi antar anggota BRICS meningkatkan opsi pembayaran dan mengurangi kerentanan kita,” kata Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva pada sesi pleno pembukaan KTT pada hari Rabu.
Pemimpin Brasil ini telah menjadi salah satu pendukung paling vokal terhadap mata uang alternatif untuk penyelesaian perdagangan.
“Mengapa kita tidak bisa melakukan perdagangan berdasarkan mata uang kita sendiri?” katanya dalam kunjungan kenegaraan pada bulan April ke Tiongkok, menurut The Financial Times.
Dia juga bilang, “Siapakah yang memutuskan bahwa dolar adalah mata uang setelah hilangnya standar emas?”
Baca Juga: Jokowi: Indonesia Tidak Mau Tergesa-gesa Jadi Anggota BRICS
2. Rusia
Presiden Rusia Vladimir Putin memperbarui seruannya untuk meningkatkan penggunaan mata uang lokal untuk perdagangan.
“Kami berupaya untuk menyempurnakan mekanisme yang efektif untuk penyelesaian bersama dan kontrol moneter dan keuangan,” jelas Putin.
Dia menambahkan bahwa de-dedolarisasi dalam blok BRICS “tidak dapat diubah” dan semakin meningkat.
Putin telah mendorong lebih banyak perdagangan dalam mata uang lokal menyusul sanksi besar terhadap Rusia yang telah mengeluarkan negara tersebut dari sistem keuangan global yang didominasi dolar AS.
Dia mengatakan pada pertemuan internasional sebelumnya pada bulan Juli bahwa penting untuk membangun “sistem keuangan independen” berdasarkan perdagangan mata uang lokal.
3. India
Menteri Perminyakan India menilai, akan sangat sulit untuk membatalkan pengaturan pembayaran yang sudah lama ada dan berlaku.
“Saya berharap rupee India menjadi mata uang utama di dunia. Tapi saya juga seorang realis,” jelas Hardeep Singh Puri, menteri minyak dan gas India, mengatakan kepada CNBC di sela-sela pertemuan Business 20 di New Delhi pada hari Jumat.
Dia juga mengatakan, pengaturan pembayaran yang sudah lama ada sulit untuk dibatalkan bahkan jika ada pengaturan untuk perdagangan mata uang non-dolar.
"Namun apakah itu berarti mata uang global alternatif telah hadir?” Puri bertanya kepada CNBC. "Kami mendengar tentang pemisahan (decoupling). Namun pengaturan internasional, pengaturan perdagangan, pengaturan pembayaran, ini sudah ada sejak lama."
India juga telah mendorong narasi de-dolarisasi dengan menggembar-gemborkan penggunaan rupee untuk perdagangan.
Baca Juga: Ajudan Presiden China Xi Jinping Tiba-Tiba Dihentikan Pihak Keamanan KTT BRICS
4. China
China tidak mengomentari gagasan mata uang bersama BRICS. Namun Presiden Xi Jinping mempromosikan "reformasi sistem keuangan dan moneter internasional" dalam pidatonya di pertemuan puncak tersebut.
China telah mengindikasikan bahwa pihaknya menginginkan yuan Tiongkok memainkan peran global yang sangat besar namun belum menyerukan agar yuan Tiongkok dapat menggantikan dolar.
5. Afrika Selatan
Menteri Keuangan Afrika Selatan menolak gagasan mata uang BRICS.
“Tidak ada seorang pun yang mengajukan masalah mata uang BRICS, bahkan dalam pertemuan informal sekalipun,” kata Enoch Godongwana kepada Bloomberg di sela-sela pertemuan puncak tahunan blok tersebut di Johannesburg pada hari Kamis.
Dia menambahkan, “Mendirikan mata uang bersama berarti mendirikan bank sentral, dan itu berarti kehilangan independensi terhadap kebijakan moneter, dan saya rasa tidak ada negara yang siap untuk itu,” tambahnya kepada media.
Sebaliknya, Afrika Selatan tampaknya cenderung meningkatkan perdagangan mata uang lokal di blok tersebut.
Pada bulan April, wakil presiden Afrika Selatan Paul Mashatile mengatakan blok BRICS berupaya mengurangi ketergantungannya pada dolar AS.
Baca Juga: Ini Alasan Utama Mengapa Investor Global Masih Menjauh dari China
Pendapat analis
Mengutip Fortune, Jim O'Neill, ekonom veteran yang menciptakan istilah BRIC (kelompok ini awalnya tidak termasuk Afrika Selatan) ketika dia bekerja di Goldman Sachs pada tahun 2001, mengkritik rencana tersebut pada minggu ini.
"Ini konyol," katanya kepada Financial Times Selasa. “Mereka akan membuat bank sentral BRICS? Bagaimana Anda melakukannya? Ini hampir memalukan.”
O'Neill, yang sekarang menjabat sebagai penasihat senior di think tank Chatham House yang berbasis di Inggris, berpendapat bahwa kelompok negara tersebut tidak pernah mencapai apa pun sejak mereka pertama kali memulai pertemuan pada tahun 2009 di tengah pertikaian yang konsisten.
Sebelumnya, Penulis Rich Dad Poor Dad Robert Kiyosaki mengatakan KTT BRICS dapat mempercepat de-dolarisasi.
Baca Juga: BI Perluas Kerjasama Pemakaian Transaksi Uang Lokal demi Kurangi Ketergantungan Dolar
Melansir Business Insider, selama KTT, Kiyosaki memprediksi, negara-negara BRICS kemungkinan akan meluncurkan mata uang perdagangan baru yang didukung oleh emas.
"PERANG GANG: 22 Agustus 2023 sekitar 41 negara, bahkan mungkin Prancis hadir di Afrika Selatan untuk 'dedolarisasi' dunia. Proposal: negara-negara BRICS akan meluncurkan 'bric' uang mereka," demikian cuitan Kiyosaki pada Rabu (26/7/2023) lalu.
Kiyosaki mengatakan bahwa sebuah mata uang yang didukung emas akan bernilai US$ 3.000.
"Sampai jumpa dolar AS," tulisnya.