Sumber: Politico | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Beberapa politisi sayap kanan melihat momentum ini sebagai kesempatan untuk mewujudkan tujuan lama mereka. Dengan pemilu Israel tahun depan, Netanyahu mungkin juga melihat langkah ini bisa mendongkrak dukungan dari basis konservatifnya.
Di bawah Netanyahu, Israel telah memperluas kendali de facto atas Tepi Barat dengan memperluas permukiman Yahudi dan memperketat kehadiran keamanan di wilayah pendudukan tersebut.
Pejabat Arab dan Eropa telah memperingatkan bahwa aneksasi formal Tepi Barat akan menghancurkan harapan terakhir solusi dua negara. Negara-negara Arab menegaskan ini adalah “garis merah” yang akan menghentikan upaya integrasi Israel lebih jauh ke Timur Tengah.
Netanyahu dijadwalkan bertemu dengan Presiden Trump di Gedung Putih pada Senin, sementara pejabat Arab dan pihak lain menanti apakah Trump akhirnya akan menekan Netanyahu untuk mengakhiri perang yang telah menewaskan lebih dari 64.000 warga Palestina.
Tonton: Italia Belum Mengkui Negara Palestina Secara Resmi, Tapi Mengkritik Israel
Perjanjian Abraham tahun 2020 lahir setelah Israel mengancam akan mencaplok Tepi Barat dan Uni Emirat Arab menawarkan normalisasi hubungan sebagai imbalan atas janji Israel untuk tidak melakukannya. Langkah itu menjadi awal upaya mediasi AS yang kini tim Trump berharap bisa diperluas.