kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.175.000   4.000   0,18%
  • USD/IDR 16.795   25,00   0,15%
  • IDX 8.074   33,10   0,41%
  • KOMPAS100 1.119   3,89   0,35%
  • LQ45 800   3,88   0,49%
  • ISSI 281   1,60   0,57%
  • IDX30 420   2,00   0,48%
  • IDXHIDIV20 480   0,14   0,03%
  • IDX80 123   0,88   0,73%
  • IDXV30 134   0,33   0,25%
  • IDXQ30 133   0,21   0,16%

Arab Warning: Jika Israel Caplok Tepi Barat, Abraham Accords Bisa Runtuh


Jumat, 26 September 2025 / 11:02 WIB
Arab Warning: Jika Israel Caplok Tepi Barat, Abraham Accords Bisa Runtuh
ILUSTRASI. Presiden AS Donald Trump berjanji kepada para pemimpin Arab dan Muslimbahwa ia tidak akan mengizinkan Israel mencaplok wilayah Tepi Barat. REUTERS/Brian Snyder 


Sumber: Politico | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Presiden AS Donald Trump berjanji kepada para pemimpin Arab dan Muslim dalam sebuah pertemuan pada Selasa (23/9/2025) bahwa ia tidak akan mengizinkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mencaplok wilayah Tepi Barat.

Hal tersebut diungkapkan oleh enam sumber yang mengetahui diskusi tersebut kepada Politico.

Dua di antaranya mengatakan Trump tegas dalam topik itu dan berjanji Israel tidak akan diizinkan mencaplok Tepi Barat, yang berada di bawah kewenangan Otoritas Palestina, bukan Hamas.

Namun, meski ada jaminan dari Trump, gencatan senjata untuk mengakhiri perang hampir dua tahun Israel melawan Hamas masih jauh dari tercapai. 

Dua sumber lainnya menyebut Trump dan timnya mempresentasikan sebuah white paper berisi rencana untuk mengakhiri perang, termasuk janji soal Tepi Barat serta detail lain mengenai tata kelola dan keamanan pascaperang.

Utusan khusus misi perdamaian Steve Witkoff pada Rabu memaparkan beberapa detail proposal tersebut. 

“Kami menyajikan apa yang kami sebut Trump 21-point-plan for peace in the Mideast in Gaza,” ujarnya dalam KTT Concordia di New York. “Saya rasa ini menjawab kekhawatiran Israel sekaligus para tetangga di kawasan.” Namun, ia tidak menyebutkan komentar apa pun tentang Tepi Barat.

Baca Juga: Microsoft Blokir Akses Militer Israel karena Langgar Hak Privasi Palestina

Trump sebelumnya menyebut pertemuannya dengan delapan negara Arab dan Muslim di markas besar PBB sebagai yang “paling penting” hari itu, tetapi ia pergi tanpa memberi pernyataan dan para peserta belum mengeluarkan keterangan resmi tentang substansi pembicaraan.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menggambarkan pertemuan itu “produktif” dalam wawancara dengan Fox News Channel, tetapi tanpa rincian lebih lanjut. Erdogan dan Trump dijadwalkan bertemu lagi di Gedung Putih pada Kamis.

Gedung Putih belum segera menanggapi permintaan komentar yang dilayangkan Politico.

Para pemimpin Arab frustrasi dengan penolakan Trump terhadap pengakuan negara Palestina serta dukungannya terhadap serangan Netanyahu ke Hamas, yang bulan ini meluas ke luar Gaza ketika Israel menargetkan pejabat Hamas di Qatar saat pembicaraan damai. 

Menurut dua sumber, mereka berusaha menekankan kepada Trump bahwa setiap upaya Israel masuk ke Tepi Barat bisa menyebabkan runtuhnya Abraham Accords.

Pencapaian kebijakan luar negeri paling ikonik Trump pada masa jabatan pertamanya itu menandai normalisasi hubungan Israel dengan sejumlah negara Arab.

Namun, seruan dari sekutu AS untuk mengakui negara Palestina kini mendorong tekanan internal di Israel agar Netanyahu mencaplok sebagian atau seluruh Tepi Barat. 

Baca Juga: Italia dan Spanyol Kerahkan Kapal Perang untuk Kawal Armada Bantuan Gaza

Beberapa politisi sayap kanan melihat momentum ini sebagai kesempatan untuk mewujudkan tujuan lama mereka. Dengan pemilu Israel tahun depan, Netanyahu mungkin juga melihat langkah ini bisa mendongkrak dukungan dari basis konservatifnya.

Di bawah Netanyahu, Israel telah memperluas kendali de facto atas Tepi Barat dengan memperluas permukiman Yahudi dan memperketat kehadiran keamanan di wilayah pendudukan tersebut.

Pejabat Arab dan Eropa telah memperingatkan bahwa aneksasi formal Tepi Barat akan menghancurkan harapan terakhir solusi dua negara. Negara-negara Arab menegaskan ini adalah “garis merah” yang akan menghentikan upaya integrasi Israel lebih jauh ke Timur Tengah.

Netanyahu dijadwalkan bertemu dengan Presiden Trump di Gedung Putih pada Senin, sementara pejabat Arab dan pihak lain menanti apakah Trump akhirnya akan menekan Netanyahu untuk mengakhiri perang yang telah menewaskan lebih dari 64.000 warga Palestina.

Tonton: Italia Belum Mengkui Negara Palestina Secara Resmi, Tapi Mengkritik Israel

Perjanjian Abraham tahun 2020 lahir setelah Israel mengancam akan mencaplok Tepi Barat dan Uni Emirat Arab menawarkan normalisasi hubungan sebagai imbalan atas janji Israel untuk tidak melakukannya. Langkah itu menjadi awal upaya mediasi AS yang kini tim Trump berharap bisa diperluas.

Selanjutnya: Ayah Jeff Bezos Rekrut CEO untuk Kelola Kekayaan Bernilai Rp 660 Triliun

Menarik Dibaca: 8 Inspirasi Warna Cat Rumah yang Selalu Tampak Segar Sepanjang Tahun


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×