Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
"Karena China mungkin berupaya mengukir peran yang lebih besar bagi dirinya sendiri di pasar uranium yang diperkaya dunia, peningkatan impor uranium yang diperkaya Rusia dapat memfasilitasi pengejaran ambisi Beijing," kata sebuah laporan pada bulan Maret oleh lembaga pemikir Royal United Services Institute yang berpusat di London.
Impor uranium dari China menjadi penyebab kekhawatiran bagi industri uranium AS. Pada bulan Juni, Centrus, sebuah perusahaan yang mengembangkan kapasitas uranium yang diperkaya, mendesak Perwakilan Dagang AS (USTR) dalam komentar publik untuk menaikkan tarif uranium yang diperkaya dari China dari 7,5% menjadi 20%.
Centrus mengatakan bahwa upaya perusahaan itu sendiri dapat terancam oleh impor uranium yang diperkaya dari China.
Sementara, Kelompok industri Produsen Uranium Amerika mendesak USTR dalam komentar publik untuk menaikkan tarif hingga 50%.
Ketika dimintai komentar, USTR, yang minggu lalu memfinalisasi kenaikan tarif untuk beberapa barang lain tetapi tidak untuk uranium dari China, merujuk pada sebuah dokumen yang menyatakan bahwa porsi China dalam impor uranium dan material lain AS kecil dan menurun.
Baca Juga: Rilis Foto Situs Nuklir, Ini yang Perlu Diketahui soal Program Senjata Nuklir Korut
Perusahaan nuklir negara Rusia Rosatom tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters.
Pada bulan Mei, Rosatom mengatakan bahwa larangan tersebut akan merusak pasar global untuk uranium yang diperkaya, tetapi akan terus mengembangkan bisnis globalnya.
Moskow secara terbuka bungkam tentang larangan tersebut hingga 11 September ketika Putin mengatakan Moskow harus mempertimbangkan pembatasan ekspor uranium dan logam lainnya sebagai balasan atas sanksi Barat.