kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.932   28,00   0,18%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

AS: Uji coba rudal balistik China semakin mengguncang situasi di Laut China Selatan


Jumat, 28 Agustus 2020 / 13:12 WIB
AS: Uji coba rudal balistik China semakin mengguncang situasi di Laut China Selatan
ILUSTRASI. Logo Pentagon terlihat di belakang podium di ruang briefing di Pentagon di Arlington, Virginia, AS, 8 Januari 2020.


Sumber: Channel News Asia | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) alias Pentagon mengatakan pada Kamis (27/8), uji peluncuran rudal balistik China di Laut China Selatan mengancam perdamaian dan keamanan di wilayah tersebut.

Mengonfirmasi laporan China meluncurkan sebanyak empat rudal balistik selama latihan militer di sekitar Kepulauan Paracel, Pentagon menyatakan, langkah tersebut mempertanyakan komitmen China pada 2002 untuk menghindari kegiatan provokatif.

"Tindakan China, termasuk uji coba rudal, semakin mengguncang situasi di Laut China Selatan," kata Pentagon dalam sebuah pernyataan seperti dikutip Channel News Asia.

Baca Juga: Beri pesan ke AS, China luncurkan rudal pembunuh kapal induk ke Laut China Selatan

"Latihan semacam itu juga melanggar komitmen RRC (Republik Rakyat China) di bawah Deklarasi 2002 tentang Perilaku Para Pihak di Laut China Selatan untuk menghindari kegiatan yang akan memperumit atau meningkatkan perselisihan dan memengaruhi perdamaian dan stabilitas," ujar Pentagon.

Selama satu dekade terakhir, China telah membangun instalasi militer di beberapa terumbu karang dan singkapan yang disengketakan di Laut China Selatan. Itu untuk menegaskan kedaulatannya atas sebagian besar wilayah melawan klaim teritorial oleh Vietnam, Filipina, Malaysia, Taiwan, dan Indonesia.

Pentagon menyebutkan, latihan militer militer China pada 23-29 Agustus di dekat Kepulauan Paracel, yang Beijing sebut Xisha, adalah "yang terbaru dari serangkaian tindakan RRC untuk menegaskan klaim maritim yang melanggar hukum dan merugikan tetangganya di Asia Tenggara".

Baca Juga: Laut China Selatan membara, peluang lepas tembakan sambil poles senjata meningkat

Mendesak China untuk mengurangi militerisasi

Menurut Pentagon, Amerika Serikat telah mendesak China pada Juli lalu untuk mengurangi "militerisasi dan pemaksaan" di wilayah Laut China Selatan.

Sebaliknya, "RRC memilih untuk meningkatkan aktivitas latihan militernya dengan menembakkan rudal balistik," sebut Pentagon.

Sebelumnya, Kamis (27/8), Beijing mengecam Washington atas daftar hitam dua lusin perusahaan milik negara China yang terlibat dalam membangun dan memasok pangkalan militer China di Laut China Selatan.

Baca Juga: Terlibat militerisasi di Laut China Selatan, AS jatuhkan sanksi ke BUMN Tiongkok

"Kata-kata Amerika Serikat sangat mengganggu urusan dalam negeri China. Itu sepenuhnya logika tirani dan politik kekuasaan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian.

"China akan mengambil langkah tegas untuk menegakkan hak dan kepentingan sah perusahaan dan individu China," ujarnya seperti dilansir Channel News Asia.



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×