Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - MELBOURNE. Australia resmi menandatangani perjanjian pertahanan baru dengan Papua Nugini yang menjadi pakta pertama antara kedua negara dalam lebih dari 70 tahun.
Langkah ini dilakukan Canberra untuk memperkuat posisi strategisnya di Pasifik sekaligus membendung pengaruh keamanan China di kawasan tersebut.
Baca Juga: VHM Australia Raih Minat Pendanaan US$ 200 Juta dari AS untuk Proyek Tanah Jarang
Perjanjian yang dinamai Traktat Pertahanan Pukpuk yang berarti buaya dalam bahasa Papua Nugini menjadi perjanjian pertahanan pertama yang pernah ditandatangani oleh negara itu.
Berdasarkan isi perjanjian, kedua pihak berkomitmen untuk saling membantu jika salah satu diserang.
“Ini adalah perjanjian bersejarah,” ujar Perdana Menteri Australia Anthony Albanese di Canberra.
“Dengan terus memperkuat hubungan keamanan di kawasan, kami juga menjaga keamanan kami sendiri,” tambahnya.
Perjanjian tersebut memungkinkan hingga 10.000 warga Papua Nugini untuk bertugas bersama Angkatan Pertahanan Australia (ADF) dalam skema penugasan ganda.
Albanese menegaskan, kedua negara juga sepakat untuk tidak melakukan aktivitas atau menandatangani kesepakatan lain yang dapat mengganggu implementasi traktat ini.
Baca Juga: Bangga! Indomie Jadi Mi Instan Favorit Warga Australia 2025
Sementara itu, Perdana Menteri Papua Nugini James Marape menyebut pakta tersebut lahir bukan karena tekanan geopolitik, melainkan karena faktor “geografi, sejarah, dan realitas kawasan yang kita bagi bersama.”
Kabinet Papua Nugini telah menyetujui Traktat Pukpuk pada pekan lalu.
Marape juga menegaskan bahwa negaranya “tetap mempertahankan hubungan baik dengan China dan negara lainnya.”