Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Pemerintah Australia menyatakan dukungannya terhadap serangan Amerika Serikat (AS) terhadap fasilitas nuklir Iran dan mendesak semua pihak untuk menahan diri serta kembali ke meja perundingan guna mencegah eskalasi lebih lanjut.
Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong mengatakan dalam wawancara televisi dengan program Seven Sunrise pada Senin (23/6), bahwa Canberra mendukung langkah AS yang bertujuan mencegah Iran memperoleh senjata nuklir.
Baca Juga: Maskapai Tanggung Efek Perang di Timur Tengah
“Ini adalah tindakan sepihak oleh sekutu keamanan kami, Amerika Serikat. Namun kami, bersama Inggris dan negara lainnya, menyerukan agar Iran kembali ke jalur diplomasi,” kata Wong dalam sejumlah wawancara di media televisi dan radio.
“Kami tidak ingin melihat eskalasi lebih lanjut,” tegasnya kepada wartawan di Canberra.
Terkait situasi keamanan, Wong mengungkapkan bahwa saat ini terdapat sekitar 2.900 warga negara Australia di Iran dan 1.300 lainnya di Irak, yang sedang berusaha meninggalkan wilayah tersebut.
Baca Juga: China: Serangan AS ke Iran Rusak Kredibilitas Washington
Sebagai langkah antisipasi, Australia telah menutup kedutaannya di Teheran sejak Jumat (21/6), setelah Wong melakukan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio.
Selain itu, Australia telah menangguhkan operasi evakuasi menggunakan bus dari Israel, menyusul serangan udara AS terhadap fasilitas nuklir Iran.
Namun pemerintah tengah mempersiapkan kemungkinan evakuasi lanjutan jika ruang udara di Israel kembali dibuka.
Penny Wong juga menyampaikan bahwa dua pesawat pertahanan telah dikirim ke Timur Tengah untuk mendukung evakuasi sipil. Pesawat tersebut menjalankan misi non-tempur.
Baca Juga: Pemimpin Tertinggi Iran Khamenei Minta Dukungan Tambahan dari Putin Usai Serangan AS
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Selandia Baru Winston Peters mengatakan pihaknya masih mengkaji bukti-bukti terkait program pengayaan nuklir Iran, seperti dilaporkan oleh Radio New Zealand. Perdana Menteri Selandia Baru Christopher Luxon turut menyerukan agar pihak-pihak yang terlibat kembali ke jalur dialog diplomatik.