Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - DUBAI. Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengecam tuntutan Amerika Serikat (AS) dalam pembicaraan nuklir sebagai sesuatu yang "berlebihan dan tidak masuk akal".
Ia menyuarakan keraguan atas kemungkinan tercapainya kesepakatan baru.
“Saya tidak yakin pembicaraan nuklir dengan AS akan menghasilkan sesuatu. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi,” kata Khamenei, seperti dikutip media pemerintah, Selasa (20/5).
Baca Juga: Harga Minyak Naik Tipis Terdampak Kebuntuan Negosiasi Nuklir AS-Iran
Komentar keras tersebut muncul di tengah kebuntuan perundingan nuklir antara Teheran dan Washington.
Inti perbedaan pendapat adalah soal pengayaan uranium oleh Iran, isu yang oleh AS dianggap sebagai potensi jalur menuju pengembangan senjata nuklir.
Sementara Iran bersikukuh bahwa program nuklirnya sepenuhnya bertujuan damai.
Iran Masih Tunda Putuskan Putaran Kelima
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi mengungkapkan bahwa tanggal untuk putaran kelima pembicaraan memang sudah diusulkan, namun Teheran belum menyetujuinya.
Baca Juga: Negosiasi Nuklir AS-Iran: Trump Klaim Kesepakatan Kian Dekat!
“Kami masih mengkaji. Pihak AS menyampaikan posisi yang tidak logis dan mempersulit proses negosiasi,” kata Araqchi, menambahkan bahwa Iran berharap "akal sehat akan menang".
Wakil Menteri Luar Negeri Majid Takht-Ravanchi turut menyatakan bahwa pembicaraan akan gagal jika AS tetap bersikeras agar Iran menghentikan seluruh pengayaan uranium di dalam negeri.
AS Tekan Iran, Trump Kembali Ancam
Ketegangan meningkat sejak Presiden AS Donald Trump kembali melontarkan ancaman kepada Teheran.
Pekan lalu, Trump mengatakan Iran harus "bergerak cepat atau sesuatu yang buruk akan terjadi".
Namun, Iran menegaskan belum menerima proposal resmi apa pun dari AS.
Baca Juga: Iran Bersiap Sambut Kunjungan Presiden Rusia Vladimir Putin
Pada masa jabatan pertamanya (2017–2021), Trump menarik AS keluar dari kesepakatan nuklir 2015 yang saat itu membatasi aktivitas pengayaan uranium Iran.
Trump menyebut perjanjian tersebut berat sebelah dan merugikan AS, lalu kembali menjatuhkan sanksi ekonomi secara luas terhadap Iran. Teheran merespons dengan meningkatkan level pengayaan uraniumnya.
Kini, dengan perundingan yang masih buntu dan hubungan AS-Iran kembali memanas, masa depan kesepakatan nuklir baru tampak semakin tak pasti.