Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. CEO Tesla, Elon Musk, kini berada di jalur untuk menjadi triliuner pertama di dunia. Dengan kekayaan bersih mencapai US$500 miliar, konglomerat kendaraan listrik ini berhasil melampaui total kekayaan gabungan Mark Zuckerberg (Meta) dan Jeff Bezos (Amazon).
Mengutip financialexpress, peningkatan kekayaan Musk terjadi setelah lonjakan mendadak pada harga saham Tesla serta dukungannya yang kembali mencuat terhadap Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Musk sempat menjabat sebagai Kepala Departemen Efisiensi Pemerintahan (Department of Government Efficiency/DOGE) di bawah pemerintahan Trump.
Pada Pemilihan Presiden 2024, Musk menjadi salah satu pendukung utama Trump dengan menyumbang US$288 juta untuk kampanye Partai Republik.
Kiprah Politik: “Political Pockets” Elon Musk
Selain dukungan langsung, Musk juga mendirikan organisasi politik bernama America PAC untuk memperkuat kampanye Trump. PAC tersebut melaksanakan operasi canvassing besar-besaran, termasuk donasi sebesar US$11,2 juta pada Desember 2024, dan mengerahkan lebih dari 5.000 relawan yang berkeliling dari rumah ke rumah di tujuh negara bagian terbesar AS.
Upaya agresif Musk diyakini menjadi salah satu faktor penting di balik kemenangan Trump untuk masa jabatan keduanya di Gedung Putih. Namun, para pengamat menilai bahwa Musk juga menjadi benefisiari politik, karena dukungan terbuka Trump terhadap Tesla dinilai memberikan keuntungan strategis bagi bisnisnya.
Donasi Amal dan Kontroversi Musk Foundation
Selain aktivitas politik, Musk juga aktif melakukan donasi melalui Musk Foundation.
Setelah laporan The New York Times mengungkap data donasi, yayasan tersebut mengumumkan kontribusi US$20 juta untuk Cameron County, lokasi peluncuran roket SpaceX, yang sebagian besar ditujukan untuk sektor pendidikan. Ia juga berjanji menyumbang US$10 juta kepada Kota Brownsville.
Namun, laporan lanjutan menyebutkan bahwa yayasan tersebut gagal memenuhi kewajiban hukum untuk menyalurkan minimal 5% dari nilai aset yayasan per tahun. Pada 2022, Musk Foundation hanya menyumbang sekitar US$160 juta, atau US$234 juta lebih rendah dari jumlah yang diwajibkan.
‘X’ Factor: Dari Twitter ke Imperium AI
Pada 2022, Musk resmi menghapus simbol burung biru Twitter setelah mengakuisisi platform tersebut seharga US$44 miliar. Langkah itu dilakukan setahun setelah akun Trump dilarang usai kerusuhan Capitol Hill Januari 2021.
Musk berulang kali menekankan pentingnya kebebasan berpendapat, dan di bawah kepemilikannya, Twitter direbranding menjadi “X”. Platform ini kemudian menjadi pintu masuk bagi ekspansi Musk ke bidang kecerdasan buatan (AI) melalui peluncuran xAI (Grok) — pesaing langsung ChatGPT milik Sam Altman. Saat ini, valuasi xAI diperkirakan mencapai £55 miliar.
Dua Jet Pribadi Seharga US$140 Juta
Sebagai salah satu orang terkaya di dunia, Elon Musk juga memiliki dua jet pribadi Gulfstream G6 senilai US$70 juta per unit, menjadikannya bagian dari klub eksklusif miliarder pemilik jet bersama nama-nama seperti Donald Trump, Taylor Swift, Mukesh Ambani, dan Kim Kardashian.
Menurut data JetSpy, Musk tercatat telah melakukan lebih dari 350 penerbangan sepanjang 2024 — menjadikannya salah satu tokoh publik paling aktif di udara.
Menuju Triliuner Pertama Dunia
Dengan valuasi Tesla yang terus naik, ekspansi agresif ke bidang AI, serta peran politik yang semakin berpengaruh, Elon Musk tampaknya hanya tinggal selangkah lagi menuju status triliuner pertama di dunia.
Namun, di tengah kekayaan yang melesat, sorotan publik terhadap hubungan antara bisnis, politik, dan etika filantropi Musk juga semakin tajam.