Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Handoyo .
Di sisi lain, jumlah kewajiban pinjaman yang dijaminkan (collateralized loan obligations/CLO), sebuah sekuritisasi pinjaman bank kepada perusahaan-perusahaan telah menggelembung dalam beberapa tahun terakhir sejalan dengan strategi investor untuk menggali tingkat pengembalian tinggi dengan membeli kredit pada perusahaan yang berisiko tinggi.
"CLO membentuk sekitar 20% dari investasi mereka (bank-bank Jepang) ke dalam produk-produk kredit luar negeri," kata BOJ.
Laporan sistem keuangan BOJ atau Financial System Report (FSR) ini nantinya bakal menjadi bahan pertimbangan sembilan anggota dewan bank sentral dalam memutuskan kebijakan moneter pada tinjauan suku bunga pada 30-31 Oktober 2019.
Baca Juga: UBS akan PHK karyawan di 30 jenis pekerjaan di Asia Pasifik
"FSR terbaru hampir tidak memiliki implikasi untuk kebijakan moneter, dalam pandangan kami," kata Analis Barclays Tetsufumi Yamakawa.
Namun, pihaknya meyakini kekhawatiran BOJ yang meningkat terkait rentannya sistem keuangan kemungkinan akan mengarah pada jangka panjang untuk melalukan revisi yield curve control (YCC). Di bawah YCC, BOJ memandu suku bunga jangka pendek di -0,1% dan imbal hasil obligasi 10 tahun sekitar 0%.
Kegagalan untuk meningkatkan inflasi ke target 2% telah memaksa BOJ untuk mempertahankan program stimulus besar-besaran untuk biaya lebih lama dari yang diharapkan. Hal ini menghancurkan margin lembaga keuangan dan menekan sistem perbankan Jepang.
Baca Juga: Japan banks to undergo stress test to prepare for any crisis
Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda telah menekankan bank sentral akan dengan hati-hati mempertimbangkan manfaat dan biaya dari setiap pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut.