Sumber: Cointelegraph | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Bitcoin (BTC) kembali menguat pada perdagangan Senin (10/11/2025) pagi waktu Asia, naik hingga 5% dan menembus level US$106.000, seiring meningkatnya optimisme pasar bahwa penutupan pemerintahan Amerika Serikat (government shutdown) akan segera berakhir.
Berdasarkan data Cointelegraph Markets Pro dan TradingView, pasangan BTC/USD tercatat diperdagangkan di level US$106.438 di bursa Bitstamp.
Trump Umumkan “Dividen” Rp32 Juta per Warga AS
Kenaikan Bitcoin terjadi setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa sebagian besar warga Amerika akan menerima “dividen” sebesar US$2.000 (sekitar Rp33 juta) yang berasal dari pendapatan tarif impor. Pengumuman ini memicu rebound harga kripto pada akhir pekan.
Baca Juga: Robert Kiyosaki Prediksi Harga Bitcoin dan Emas Tembus Segini pada 2026
Pemulihan ini juga diperkuat oleh kabar bahwa Senat AS telah mencapai kesepakatan bipartisan untuk mengakhiri penutupan pemerintahan terpanjang dalam sejarah, yang telah berlangsung selama 40 hari.
Pasar Taruhan Prediksi Shutdown Berakhir Pekan Ini
Pasar prediksi seperti Polymarket menunjukkan perubahan drastis dalam ekspektasi pelaku pasar. Kini, para bettor menilai peluang penutupan pemerintah berakhir antara 12–15 November mencapai 85%, naik tajam dari 63% sehari sebelumnya.
Platform serupa, Kalshi, bahkan memperkirakan peluang 90% bahwa shutdown akan berakhir pada Jumat (14/11/2025) — hari ke-44 penutupan.
Berakhirnya shutdown diperkirakan akan membuka kembali miliaran dolar dana Treasury, meningkatkan likuiditas pasar dan memicu sentimen positif terhadap aset berisiko seperti Bitcoin.
“Ini akan menjadi pekan yang menarik. Shutdown kemungkinan segera berakhir,” tulis analis kripto Daan Crypto Trades di platform X.
“Jika benar, kita akan melihat peningkatan likuiditas dan segera mendapatkan data ekonomi seperti CPI (Consumer Price Index),” tambahnya.
Baca Juga: Trump Media Rugi US$54,8 Juta pada Kuartal III-2025 Meski Punya 11.542 Bitcoin
Sebagai catatan, penutupan pemerintah terakhir terjadi pada Desember 2018–Januari 2019 di masa jabatan pertama Trump. Setelah berakhir pada 25 Januari 2019, harga Bitcoin melonjak lebih dari 265%, dari US$3.550 menjadi US$13.000 dalam lima bulan berikutnya.
Likuiditas Terkonsentrasi di Atas US$112.000
Beberapa analis memperkirakan potensi pergerakan naik lanjutan (liquidity grab) dengan order jual besar (ask orders) yang menumpuk di kisaran US$112.000.
Data terbaru dari CoinGlass menunjukkan adanya akumulasi likuiditas di area US$111.500–US$115.000. Jika harga berhasil menembus level US$115.000, pasar bisa mengalami short squeeze, memaksa penjual menutup posisi dan mendorong harga ke US$117.000, area likuiditas besar berikutnya.
“BTC saat ini sedang menguji ulang area resistansi setelah menembus tren turun tahunan,” ujar analis AlphaBTC melalui X.
“Area jelas yang perlu diperhatikan adalah zona likuiditas di atas konsolidasi awal November, yakni di sekitar US$112.000,” terangnya.
Baca Juga: Pasar Kripto Bangkit! Kapitalisasi Naik US$170 Miliar, Bitcoin Tembus US$106.000
Menurut AlphaBTC, area US$110.000–US$112.000 menjadi level penting untuk diamati jika Bitcoin mampu menembus resistansi US$107.000.
Sebelumnya, laporan Cointelegraph menyebut bahwa penutupan mingguan Bitcoin di atas 50-week SMA telah meningkatkan peluang harga BTC mencapai US$112.000 atau lebih tinggi dalam waktu dekat.













