kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Boeing akan membayar US$ 2,5 miliar atas kecelakaan 737 MAX


Jumat, 08 Januari 2021 / 08:12 WIB
Boeing akan membayar US$ 2,5 miliar atas kecelakaan 737 MAX
ILUSTRASI. Puluhan pesawat Boeing 737 MAX yang dilarang terbang terlihat terparkir di Bandara Internasional Grant County di Moses Lake, Washington, Amerika Serikat, Selasa (17/11/2020). REUTERS/Lindsey Wasson


Sumber: Reuters | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - SEATTLE. Boeing Co akan membayar lebih dari US$ 2,5 miliar untuk menyelesaikan penyelidikan AS atas tuduhan konspirasi kriminal terkait dengan dua kecelakaan fatal 737 MAX. Tapi, Departemen Kehakiman Amerika Serikat (AS) tidak meminta Boeing untuk mengaku bersalah dalam kecelakaan tersebut.

Pembayaran ini termasuk denda pidana US$ 243,6 juta dan pembayaran kompensasi kepada pelanggan maskapai Boeing 737 MAX sebesar US$ 1,77 miliar. Boeing juga membentuk dana penerima korban kecelakaan senilai US$ 500 juta untuk memberi kompensasi kepada ahli waris, kerabat, dan penerima manfaat hukum dari penumpang yang tewas.

Kecelakaan 737 MAX di Indonesia dan Ethiopia menewaskan 346 orang dalam jeda waktu lima bulan pada 2018 dan 2019. Kedua kecelakaan ini memicu badai investigasi, mengoyak kepemimpinan AS dalam penerbangan global dan merugikan Boeing sekitar US$ 20 miliar.

Pengacara penggugat yang mewakili keluarga korban kecelakaan Ethiopian Airlines mengatakan, mereka akan melanjutkan proses pengadilan perdata terhadap Boeing di Chicago.

"Tuduhan dalam perjanjian penuntutan yang ditangguhkan hanyalah puncak gunung es dari kesalahan Boeing," kata mereka dalam pernyataan bersama seperti dikutip Reuters.

Baca Juga: Israel berharap bisa membeli jet tempur siluman F-35 dari AS sebelum Trump lengser

Boeing menghadapi sekitar 140 tuntutan hukum oleh keluarga korban kecelakaan Ethiopia dan telah menyelesaikan sebagian besar tuntutan hukum terkait bencana Lion Air di Indonesia. Karena kecelakaan itu, Kongres AS pada bulan Desember mengesahkan undang-undang yang mereformasi proses pengesahan pesawat baru oleh Federal Aviation Administration (FAA).

Penjabat Asisten Jaksa Agung David P. Burns mengatakan kecelakaan tragis itu, "Mengungkap perilaku curang dan menipu oleh karyawan salah satu produsen pesawat komersial terkemuka dunia."

"Karyawan Boeing memilih jalur keuntungan daripada keterusterangan dengan menyembunyikan informasi material dari FAA mengenai pengoperasian pesawat 737 Max dan terlibat dalam upaya untuk menutupi penipuan mereka," kata Burns.

Baca Juga: Sengketa Pesawat Berlanjut, AS Naikkan Tarif atas Wine dan Suku Cadang Eropa

Boeing memperkirakan akan dikenakan biaya tambahan sebesar US$ 743,6 juta pada kuartal keempat sebagai bagian dari penyelesaian.

Pada Maret 2019, pesawat 737 Max dikandangkan. Pengandangan ini baru dicabut pada November 2020 setelah Boeing meningkatkan keamanan secara signifikan dan memperbaiki pelatihan pilot.

Boeing didakwa dengan satu tuduhan konspirasi untuk menipu AS. Produsen pesawat terbesar AS ini menghadapi perjanjian penuntutan tiga tahun yang ditangguhkan. Dakwaan dihapus jika Boeing mematuhi kesepakatan.

Boeing mengakui dalam dokumen pengadilan bahwa dua pilot teknis penerbangan 737 MAX menipu FAA tentang sistem keselamatan yang disebut MCAS, yang terkait dengan kedua kecelakaan fatal di Indonesia dan Ethiopia.

Baca Juga: AS setujui penjualan 3.000 bom cerdas ke Arab Saudi senilai Rp 4 triliun

Kepala Eksekutif Boeing David Calhoun mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa perjanjian tersebut, "Dengan tepat mengakui bagaimana kami gagal memenuhi nilai dan harapan kami."

Perjanjian penuntutan yang ditangguhkan membahas insentif keuangan Boeing untuk mengamankan pelatihan yang tidak memerlukan waktu simulator pilot tambahan, yang dapat menghalangi maskapai penerbangan untuk membeli pesawat tersebut.

Denda US$ 243 juta, yang menurut Departemen Kehakiman minimal pada pedoman hukuman, mewakili jumlah uang yang dihemat Boeing dengan tidak menerapkan pelatihan simulator penerbangan penuh untuk 737 MAX.

Baca Juga: Jadi maskapai ketiga, American Airlines kembali terbangkan Boeing 737 MAX

Pada MCAS, Boeing mengungkapkan kepada personel FAA yang bertanggung jawab untuk menentukan apakah MAX memenuhi standar kelaikan udara federal, tetapi tidak mengungkapkannya kepada personel kunci FAA lainnya.

Departemen Kehakiman mengatakan tidak membutuhkan pemantau kepatuhan independen karena perilaku buruk itu tidak meluas di seluruh organisasi, tidak juga dilakukan oleh sejumlah besar karyawan, atau difasilitasi oleh manajemen senior.

Dewan Boeing pada akhir 2019 mencopot kepala eksekutif sebelumnya dan telah membentuk komite keselamatan dirgantara permanen. Boeing telah mengadopsi kebijakan dan prosedur baru serta melakukan pelatihan untuk mengklarifikasi ekspektasi dan persyaratan yang mengatur komunikasi antara pilot teknis penerbangan dan otoritas pengatur.

Dana pembayaran maskapai akan mencakup pembayaran sebelumnya yang telah dilakukan oleh Boeing kepada maskapai penerbangan, yang harus membatalkan penerbangan karena kekurangan pesawat.

Baca Juga: Boeing menjual furnitur dari suku cadang asli pesawat 747 dan jet tempur

Kesepakatan itu terjadi hampir setahun setelah saingan Boeing, Airbus menyetujui rekor settlement US$ 4 miliar dengan Prancis, Inggris dan Amerika Serikat atas tuduhan penyuapan, penipuan, dan korupsi.

Skandal keselamatan Boeing 737 MAX dan penyelidikan penggunaan perantara di Airbus merupakan krisis terburuk yang melanda produsen pesawat terbesar di dunia dalam beberapa dekade. Kedua rival menghadapi kewajiban kepatuhan baru.

Baca Juga: Pesawat maut Boeing B-737 sudah boleh terbang lagi




TERBARU

[X]
×