Sumber: BBC | Editor: Yudho Winarto
LANGKAH Perdana Menteri Inggris Theresa May mengangkat mantan Wali Kota London Boris Johnson sebagai menteri luar negeri, sontak mengundang reaksi beragam media dan politisi di seluruh dunia.
Sebagian media terkejut dengan munculnya Johnson sebagai Menlu Inggris mengingat dia beberapa kali melakukan kesalahan besar, termasuk menghina presiden Turki dan berkomentar soal nenek moyang presiden AS.
Di Amerika Serikat, harian Washington Post menerbitkan sejumlah tingkah Johnson pada masa lalu yang tidak diplomatis.
Penulis Washington Post, Ishaan Tharoor, merujuk pada komentar Johnson yang “menyanjung Presiden Suriah Bashar al-Assad atas perannya dalam memerangi kelompok ISIS, terlepas dari aksi kekerasan yang dia lakukan terhadap penduduk sipil Suriah.”
Meski demikian, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Mark Toner, mengatakan pihaknya akan terus bekerja sama dengan Inggris mengingat adanya ‘hubungan spesial’ antara kedua negara.
“Ini adalah hubungan yang melampaui kepribadian seseorang dan ini benar-benar masa penting dalam sejarah Inggris dan juga hubungan AS-Inggris,” kata Toner.
Sementara itu, di Prancis, media setempat tidak lupa akan sosok Johnson dan komentarnya pada masa lalu. Surat kabar Le Figaro mengatakan ‘sang Legenda’ Johnson “memberi kesan bahwa dia dituntun oleh sikap oportunistik’.
Pasalnya, menurut catatan Le Figaro, Johnson beberapa kali mengubah sikapnya soal pernikahan sesama jenis dan bergabungnya Turki ke Uni Eropa.
Majalah tersebut menilai Johnson adalah “politikus kontroversial” yang karena sikapnya mendukung Brexit menyebabkan kubu ‘Pergi’ memenangi referendum dengan 52%.
Di Rusia, situs berita ria.ru menyatakan Johnson “adalah salah satu politikus paling eksentrik di Inggris” dan dia “paham bagaimana cara membuat keejutan”.
Lebih jauh, kepala komite luar negeri di parlemen Rusia, Aleksey Pushkov, dalam salah satu cuitan di Twitter menyebut menteri luar negeri Inggris terdahulu, Philip Hammond, punya sikap anti-Rusia yang diharapkan tidak menular ke Johnson.
Komentar tersingkat diutarakan mantan Perdana Menteri Swedia Carl Bildt. Dalam salah satu cuitannya, Bildt berharap penunjukan Johnson sebagai menteri luar negeri Inggris hanyalah sebuah lelucon