Sumber: BBC | Editor: Yudho Winarto
LANGKAH Perdana Menteri Inggris Theresa May mengangkat mantan Wali Kota London Boris Johnson sebagai menteri luar negeri, sontak mengundang reaksi beragam media dan politisi di seluruh dunia.
Sebagian media terkejut dengan munculnya Johnson sebagai Menlu Inggris mengingat dia beberapa kali melakukan kesalahan besar, termasuk menghina presiden Turki dan berkomentar soal nenek moyang presiden AS.
Di Amerika Serikat, harian Washington Post menerbitkan sejumlah tingkah Johnson pada masa lalu yang tidak diplomatis.
Penulis Washington Post, Ishaan Tharoor, merujuk pada komentar Johnson yang “menyanjung Presiden Suriah Bashar al-Assad atas perannya dalam memerangi kelompok ISIS, terlepas dari aksi kekerasan yang dia lakukan terhadap penduduk sipil Suriah.”
Meski demikian, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Mark Toner, mengatakan pihaknya akan terus bekerja sama dengan Inggris mengingat adanya ‘hubungan spesial’ antara kedua negara.
“Ini adalah hubungan yang melampaui kepribadian seseorang dan ini benar-benar masa penting dalam sejarah Inggris dan juga hubungan AS-Inggris,” kata Toner.
Sementara itu, di Prancis, media setempat tidak lupa akan sosok Johnson dan komentarnya pada masa lalu. Surat kabar Le Figaro mengatakan ‘sang Legenda’ Johnson “memberi kesan bahwa dia dituntun oleh sikap oportunistik’.