Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID. Dua CEO raksasa Wall Street, David Solomon dari Goldman Sachs dan Ted Pick dari Morgan Stanley memperingatkan bahwa pasar saham global bisa segera mengalami koreksi (drawdown) setelah reli panjang yang mendorong valuasi ke level sangat tinggi.
Peringatan ini mencuat di tengah lonjakan tajam indeks acuan S&P 500 yang terus mencetak rekor baru, mengingatkan banyak investor pada gelembung dot-com di akhir 1990-an.
“Kita sebaiknya menyambut kemungkinan terjadinya koreksi sebesar 10% hingga 15%, selama itu bukan karena faktor makroekonomi ekstrem,” ujar Ted Pick, CEO Morgan Stanley, dalam Global Financial Leaders’ Investment Summit di Hong Kong, Selasa (4/11/2025).
Baca Juga: Tekanan Jual Besar dari Whale, Kapitalisasi Pasar Dogecoin Anjlok US$5 Miliar
Menurut Pick, koreksi wajar dapat menyehatkan pasar yang telah bergerak terlalu optimistis.
Sementara itu, CEO Goldman Sachs David Solomon menambahkan bahwa pasar saat ini tampak terlalu tenang meskipun masih ada risiko besar seperti inflasi tinggi, suku bunga yang tetap tinggi, serta ketidakpastian kebijakan akibat dinamika perdagangan dan penutupan sebagian pemerintahan AS yang sudah memasuki pekan kelima.
“Ketika siklus berjalan terlalu lama, sentimen bisa berubah tiba-tiba. Akan ada hal-hal yang mengguncang pandangan pasar terhadap pertumbuhan, dan tidak ada yang bisa memprediksi kapan itu terjadi,” ujar Solomon.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Merosot 1% Dihantam Penguatan Dolar Selasa (4/11) Sore
Futures AS Melemah
Pada Selasa pagi waktu AS, kontrak berjangka indeks utama Wall Street mengalami pelemahan: Dow Jones E-minis turun 356 poin atau 0,75%, S&P 500 E-minis turun 75 poin atau 1,09%, dan Nasdaq 100 E-minis melemah 360,25 poin atau 1,37%.
Indeks volatilitas VIX, yang sering disebut “pengukur ketakutan Wall Street”, naik mendekati level tertinggi dalam dua minggu terakhir.
Solomon menilai sektor teknologi saat ini memiliki valuasi yang “penuh”, meski kondisi tersebut tidak berlaku bagi pasar yang lebih luas.
Ia menambahkan bahwa koreksi pasar bisa menjadi fase penyehatan alami setelah periode euforia panjang.
Baca Juga: Pasar Kripto Anjlok, Nilai Pasar Hilang Lebih dari US$270 Miliar dalam 24 Jam
Risiko Koreksi dan Fenomena “AI Boom”
Peringatan dari dua bos bank investasi besar ini sejalan dengan nada hati-hati dari beberapa eksekutif Wall Street lainnya.
Bulan lalu, CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon juga mengingatkan risiko koreksi besar dalam enam bulan hingga dua tahun mendatang, akibat ketegangan geopolitik, lonjakan belanja fiskal, dan remiliterisasi global.
Selain itu, co-chief investment officers Bridgewater Associates juga menyebut investor saat ini terlalu mengabaikan risiko makro yang meningkat.
Salah satu fokus perhatian pasar adalah ledakan investasi pada teknologi kecerdasan buatan (AI) yang banyak pihak bandingkan dengan era gelembung dot-com.
Menurut Citigroup, total investasi infrastruktur AI oleh raksasa teknologi global bisa menembus US$ 2,8 triliun hingga 2029, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya sebesar US$ 2,3 triliun.
Baca Juga: Dua Raksasa Teknologi Ini Segera Menyusul Apple dan Nvidia Jadi Klub US$2 Triliun
Euforia ini terlihat dalam kesepakatan bisnis besar, termasuk kontrak OpenAI senilai US$ 38 miliar dengan Amazon.com untuk penyediaan layanan cloud selama tujuh tahun.
Meski begitu, sejumlah analis menilai “boom AI” kali ini berbeda dari era dot-com karena perusahaan yang memimpin sektor ini seperti Nvidia dan Microsoft memiliki fundamental laba dan kinerja bisnis nyata.
Sebagai catatan, Nvidia baru-baru ini mencatat sejarah sebagai perusahaan pertama di dunia yang menembus kapitalisasi pasar US$ 5 triliun.













