kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.286.000   8.000   0,35%
  • USD/IDR 16.722   27,00   0,16%
  • IDX 8.242   -33,17   -0,40%
  • KOMPAS100 1.150   -4,66   -0,40%
  • LQ45 842   -2,15   -0,25%
  • ISSI 285   -0,47   -0,16%
  • IDX30 441   -2,54   -0,57%
  • IDXHIDIV20 511   -0,99   -0,19%
  • IDX80 129   -0,47   -0,36%
  • IDXV30 136   -1,17   -0,85%
  • IDXQ30 141   -0,13   -0,10%

Bos Goldman Sachs dan Morgan Stanley Peringatkan Potensi Koreksi Pasar Saham Global


Selasa, 04 November 2025 / 19:36 WIB
Bos Goldman Sachs dan Morgan Stanley Peringatkan Potensi Koreksi Pasar Saham Global
ILUSTRASI. CEO Goldman Sachs David Solomon berbicara dalam sebuah wawancara di Economic Club of Washington di Washington, D.C., AS, 30 Oktober 2025. REUTERS/Kevin Lamarque


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID. Dua CEO raksasa Wall Street, David Solomon dari Goldman Sachs dan Ted Pick dari Morgan Stanley memperingatkan bahwa pasar saham global bisa segera mengalami koreksi (drawdown) setelah reli panjang yang mendorong valuasi ke level sangat tinggi.

Peringatan ini mencuat di tengah lonjakan tajam indeks acuan S&P 500 yang terus mencetak rekor baru, mengingatkan banyak investor pada gelembung dot-com di akhir 1990-an.

“Kita sebaiknya menyambut kemungkinan terjadinya koreksi sebesar 10% hingga 15%, selama itu bukan karena faktor makroekonomi ekstrem,” ujar Ted Pick, CEO Morgan Stanley, dalam Global Financial Leaders’ Investment Summit di Hong Kong, Selasa (4/11/2025).

Baca Juga: Tekanan Jual Besar dari Whale, Kapitalisasi Pasar Dogecoin Anjlok US$5 Miliar

Menurut Pick, koreksi wajar dapat menyehatkan pasar yang telah bergerak terlalu optimistis.

Sementara itu, CEO Goldman Sachs David Solomon menambahkan bahwa pasar saat ini tampak terlalu tenang meskipun masih ada risiko besar seperti inflasi tinggi, suku bunga yang tetap tinggi, serta ketidakpastian kebijakan akibat dinamika perdagangan dan penutupan sebagian pemerintahan AS yang sudah memasuki pekan kelima.

“Ketika siklus berjalan terlalu lama, sentimen bisa berubah tiba-tiba. Akan ada hal-hal yang mengguncang pandangan pasar terhadap pertumbuhan, dan tidak ada yang bisa memprediksi kapan itu terjadi,” ujar Solomon.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Merosot 1% Dihantam Penguatan Dolar Selasa (4/11) Sore

Futures AS Melemah

Pada Selasa pagi waktu AS, kontrak berjangka indeks utama Wall Street mengalami pelemahan: Dow Jones E-minis turun 356 poin atau 0,75%, S&P 500 E-minis turun 75 poin atau 1,09%, dan Nasdaq 100 E-minis melemah 360,25 poin atau 1,37%.

Indeks volatilitas VIX, yang sering disebut “pengukur ketakutan Wall Street”, naik mendekati level tertinggi dalam dua minggu terakhir.

Solomon menilai sektor teknologi saat ini memiliki valuasi yang “penuh”, meski kondisi tersebut tidak berlaku bagi pasar yang lebih luas.

Ia menambahkan bahwa koreksi pasar bisa menjadi fase penyehatan alami setelah periode euforia panjang.

Baca Juga: Pasar Kripto Anjlok, Nilai Pasar Hilang Lebih dari US$270 Miliar dalam 24 Jam

Risiko Koreksi dan Fenomena “AI Boom”

Peringatan dari dua bos bank investasi besar ini sejalan dengan nada hati-hati dari beberapa eksekutif Wall Street lainnya.

Bulan lalu, CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon juga mengingatkan risiko koreksi besar dalam enam bulan hingga dua tahun mendatang, akibat ketegangan geopolitik, lonjakan belanja fiskal, dan remiliterisasi global.

Selain itu, co-chief investment officers Bridgewater Associates juga menyebut investor saat ini terlalu mengabaikan risiko makro yang meningkat.

Salah satu fokus perhatian pasar adalah ledakan investasi pada teknologi kecerdasan buatan (AI) yang banyak pihak bandingkan dengan era gelembung dot-com.

Menurut Citigroup, total investasi infrastruktur AI oleh raksasa teknologi global bisa menembus US$ 2,8 triliun hingga 2029, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya sebesar US$ 2,3 triliun.

Baca Juga: Dua Raksasa Teknologi Ini Segera Menyusul Apple dan Nvidia Jadi Klub US$2 Triliun

Euforia ini terlihat dalam kesepakatan bisnis besar, termasuk kontrak OpenAI senilai US$ 38 miliar dengan Amazon.com untuk penyediaan layanan cloud selama tujuh tahun.

Meski begitu, sejumlah analis menilai “boom AI” kali ini berbeda dari era dot-com karena perusahaan yang memimpin sektor ini seperti Nvidia dan Microsoft  memiliki fundamental laba dan kinerja bisnis nyata.

Sebagai catatan, Nvidia baru-baru ini mencatat sejarah sebagai perusahaan pertama di dunia yang menembus kapitalisasi pasar US$ 5 triliun.

Selanjutnya: Pemerintah Siapkan Rp 12 Triliun Beasiswa Lulusan SMA yang Akan Kerja ke Luar Negeri

Menarik Dibaca: Mengenal 5 Jenis Newsfluencer, Wajah Baru Pemberitaan di Era Media Sosial




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×