Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - Banyak orang tua menghabiskan waktu dan energi untuk membantu anak-anak mereka berhasil secara lahiriah, mengajari mereka berbicara, membentuk rutinitas, hingga menanamkan perilaku baik.
Namun, ada satu keterampilan fundamental yang sering diabaikan, padahal sangat menentukan keberhasilan anak dalam hidup: self-connection atau kesadaran akan diri sendiri.
Apa Itu Koneksi Diri?
Melansir CNBC Internasional, Senin (21/7/2025), kesadaran akan diri sendiri atau koneksi diri adalah kemampuan seseorang untuk mengenali, memahami, dan menyelaraskan diri dengan emosi, kebutuhan, serta suara hatinya.
Baca Juga: Perempuan Cerdas Atur Keuangan Jadi Kunci Hidup Nyaman di 2025
Anak-anak yang memiliki koneksi diri cenderung merasa aman dengan dirinya sendiri.
Mereka membawa rasa berharga itu ke dalam setiap relasi, tantangan, dan keputusan dalam hidup.
Sebaliknya, ketiadaan koneksi diri dapat merusak harga diri, meningkatkan kecemasan, dan membuat anak menarik diri secara emosional.
Berdasarkan penelitian terhadap lebih dari 200 hubungan orang tua-anak ditemukan bahwa jika ada satu keterampilan utama yang harus diajarkan kepada anak, maka itu adalah koneksi diri.
Dampak Hilangnya Koneksi Diri
Hilangnya koneksi diri sering kali terjadi secara tidak disadari melalui interaksi sehari-hari yang bermaksud baik, tetapi menyampaikan pesan yang keliru.
Misalnya, saat seorang anak menangis karena mainannya diambil, lalu orang tua berkata, “Kamu baik-baik saja. Ini bukan masalah besar.”
Baca Juga: 5 Pelajaran Hidup dari Legenda Investasi: Kunci Sukses di Keuangan dan Kehidupan
Pesan yang tertanam di benak anak adalah bahwa perasaannya tidak penting.
Contoh lain, saat anak mengungkapkan rasa takut, orang tua mungkin menjawab, “Tidak ada yang perlu ditakutkan.”
Ini bisa membuat anak berpikir bahwa perasaan takutnya tidak valid dan bahwa ia tidak bisa mempercayai perasaannya sendiri.
Jika terus-menerus terjadi, pesan-pesan semacam ini dapat mengikis kemampuan anak untuk memahami dan mempercayai dirinya sendiri.
Manfaat Koneksi Diri dalam Perkembangan Anak
1. Ketahanan emosional
Anak yang mampu mengenali dan memahami perasaannya akan lebih siap menghadapi stres, penolakan, dan tantangan emosional tanpa kehilangan rasa percaya diri.
2. Kemampuan menetapkan batas sehat
Anak-anak yang terhubung dengan dirinya sendiri lebih mudah mempercayai instingnya dan berani bersuara ketika merasa tidak nyaman, serta lebih kecil kemungkinannya terpengaruh tekanan sosial negatif.
Baca Juga: Kunci Sukses di Keuangan dan Hidup dari 5 Legenda Investasi Dunia
3. Kepercayaan diri yang autentik
Kepercayaan diri sejati tidak dibangun dari pujian atau prestasi semata, melainkan dari kesadaran akan siapa diri mereka dan keberanian untuk menjadi diri sendiri dalam berbagai situasi.
4. Perlindungan terhadap gangguan mental
Rasa percaya diri yang sehat menjadi benteng yang efektif terhadap kecemasan, keraguan diri, serta dorongan mencari validasi dari lingkungan yang tidak sehat.
Cara Menumbuhkan Koneksi Diri pada Anak
Kabar baiknya, menumbuhkan koneksi diri tidak memerlukan perubahan besar dalam gaya pengasuhan. Beberapa langkah kecil berikut dapat memberikan dampak besar
1. Validasi emosi mereka
Hindari mengatakan “Kamu baik-baik saja.” Alih-alih, cobalah, “Itu menjengkelkan, ya? Aku di sini.” Validasi menunjukkan bahwa emosi anak itu nyata dan boleh dirasakan.
Baca Juga: Bukan Uang, Ini Kunci Sukses Warren Buffett yang Sering Diabaikan
2. Terima mereka apa adanya
Berikan ruang bagi emosi kompleks, pertanyaan sulit, dan keunikan pribadi anak. Saat mereka merasa diterima secara utuh, mereka membangun rasa harga diri yang kokoh.
3. Kurangi pengaturan berlebihan
Memberi anak pilihan sesuai usianya seperti memilih pakaian atau menentukan aktivitas sore, mendorong mereka mengenali suara hati dan membangun ketahanan melalui pengalaman langsung.
4. Jadilah contoh koneksi diri
Tunjukkan cara Anda mengenali dan merespons emosi sendiri, misalnya dengan mengatakan, “Aku merasa kewalahan. Aku butuh menarik napas dalam-dalam.” Ini mengajarkan bahwa emosi bukan ancaman, melainkan sinyal yang perlu dikenali dan direspons.
Baca Juga: Ketekunan Jadi Kunci Sukses Masa Depan, Ini Cara Melatih Anak Agar Lebih Tekun
5. Gunakan bahasa yang membangun kesadaran, bukan rasa malu
Ganti pertanyaan seperti “Kenapa kamu melakukan itu?” dengan “Apa yang kamu rasakan saat itu?” Nada yang penuh rasa ingin tahu membantu anak mengembangkan refleksi diri.
6. Pahami makna di balik perilaku
Ketika anak marah, fokuslah pada pesan di balik perilaku: Apakah mereka merasa kesepian, tak berdaya, atau tidak didengar? Menanggapi kebutuhan tersebut menunjukkan bahwa mereka bukan “nakal”, melainkan sedang berjuang mengekspresikan diri.
Baca Juga: Orangtua Jangan Ikut Marah saat Anak Tantrum, Ini 7 Cara Mengatasi Anak Tantrum
7. Rayakan siapa mereka, bukan hanya pencapaiannya
Alih-alih hanya memuji hasil, perhatikan dan hargai kualitas seperti empati atau rasa ingin tahu. Ucapan seperti “Kamu sangat perhatian dengan temanmu” memperkuat keyakinan bahwa mereka dicintai karena siapa mereka, bukan semata-mata karena apa yang mereka lakukan.
Kesimpulan
Koneksi diri adalah keterampilan dasar yang berperan besar dalam membentuk ketahanan, kepercayaan diri, dan kesehatan mental anak dalam jangka panjang.
Baca Juga: Lowongan Kerja Terbaru BUMN Bank BTN Maret 2025, Cek Posisi yang Dibuka
Dengan pendekatan yang sederhana namun konsisten, orang tua dapat menumbuhkan hubungan yang sehat antara anak dan dirinya sendiri—sebuah bekal penting untuk menghadapi kehidupan.