kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.758.000   -23.000   -1,29%
  • USD/IDR 16.565   0,00   0,00%
  • IDX 6.511   38,26   0,59%
  • KOMPAS100 929   5,57   0,60%
  • LQ45 735   3,38   0,46%
  • ISSI 201   1,06   0,53%
  • IDX30 387   1,61   0,42%
  • IDXHIDIV20 468   2,62   0,56%
  • IDX80 105   0,58   0,56%
  • IDXV30 111   0,69   0,62%
  • IDXQ30 127   0,73   0,58%

Bursa AS Sempat Rebound pada Perdagangan Senin Tapi Ambruk Lagi, Ini Pemicunya


Senin, 07 April 2025 / 22:32 WIB
Bursa AS Sempat Rebound pada Perdagangan Senin Tapi Ambruk Lagi, Ini Pemicunya
ILUSTRASI. Pedagang bekerja di lantai Bursa Saham New York (NYSE) di Kota New York, Amerika Serikat, 4 April 2025.


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON/BRUSSELS. Rencana tarif besar-besaran Presiden Donald Trump kembali mengguncang pasar global pada Senin. 

Trump menegaskan bahwa negara asing harus membayar “banyak uang” untuk menghapus tarif tersebut. 

Sementara itu, saham AS yang sempat menguat akibat spekulasi jeda tarif kembali merosot setelah Gedung Putih membantah kabar tersebut.  

Saham di Asia dan Eropa anjlok, disertai dengan penurunan harga minyak, akibat kekhawatiran bahwa tarif yang disebut Trump sebagai “obat untuk memperbaiki sesuatu” dapat memicu inflasi, melemahkan permintaan, dan meningkatkan risiko resesi global.  

Baca Juga: Perdagangan 24 Jam di Bursa AS? Nasdaq Siap Eksekusi di 2026

Di pasar AS, saham awalnya jatuh tetapi kembali naik setelah penasihat Gedung Putih Kevin Hassett menyebutkan dalam wawancara dengan CNBC bahwa Trump mempertimbangkan jeda tarif 90 hari untuk semua negara kecuali China.

Namun, saham kembali merosot setelah Gedung Putih menyatakan bahwa kabar tersebut adalah “berita palsu.”  

Uni Eropa, yang masih terbagi dalam menyusun respons terhadap kebijakan tarif AS, menyatakan kesiapan untuk bernegosiasi namun juga siap membalas jika diperlukan.

Baca Juga: Bursa Asia Merosot pada Perdagangan Senin (11/11), Bitcoin Perpanjang Rekor

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan bahwa UE telah menawarkan tarif “nol-untuk-nol” kepada AS untuk barang-barang industri.  

Kekhawatiran Resesi

Goldman Sachs meningkatkan proyeksi risiko resesi AS menjadi 45% dalam 12 bulan ke depan, sejalan dengan revisi perkiraan bank investasi lainnya. 

Ekonom JPMorgan kini memperkirakan ekonomi AS mengalami kontraksi 0,3%, lebih buruk dari perkiraan sebelumnya yang menunjukkan pertumbuhan 1,3% pada produk domestik bruto (PDB).  

“Kekhawatiran terbesar adalah apakah ini akan memicu kehancuran pasar,” ujar Robert Pavlik, manajer portofolio senior di Dakota Wealth Management. “Orang-orang takut resesi domestik yang berlanjut menjadi resesi global, bahkan mungkin depresi ekonomi.”  

Baca Juga: Bursa Asia Bergerak Mixed Pada Senin (18/11) Pagi, Mayoritas Indeks Menguat

Meskipun pasar terguncang, Trump tetap mempertahankan kebijakan tarifnya. Ia mengecam China atas tarif balasan yang diberlakukan dan kembali mendesak Federal Reserve AS untuk menurunkan suku bunga.  

“Amerika Serikat memiliki kesempatan untuk melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan puluhan tahun lalu. Jangan lemah! Jangan bodoh!” tulis Trump di media sosial.  

Dalam perjalanan pulang dari bermain golf di Florida, Trump juga menepis kekhawatiran investor atas dampak tarifnya terhadap pasar saham global.

“Saya tidak ingin ada yang turun. Namun, terkadang Anda harus minum obat untuk memperbaiki sesuatu,” katanya.  



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×