Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Bursa saham Australia melemah pada perdagangan Selasa (4/11/2025), dipicu penurunan saham-saham tambang dan energi.
Investor juga menahan langkah menjelang keputusan kebijakan suku bunga dari bank sentral Australia (RBA) yang dijadwalkan keluar pada hari yang sama.
Indeks acuan S&P/ASX 200 turun 0,4% ke posisi 8.862,60 poin pada pukul 23.59 GMT, setelah sebelumnya sempat naik 0,2% pada Senin.
Pasar kini menanti keputusan RBA setelah data inflasi September yang lebih tinggi dari perkiraan pekan lalu menggagalkan harapan investor terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga tahun ini.
Keputusan kebijakan RBA dijadwalkan diumumkan pada pukul 03.30 waktu setempat.
Baca Juga: Bursa Saham Australia Ditutup Menguat, Ditopang Saham Sektor Pertambangan
“Futures suku bunga menunjukkan siklus pemangkasan suku bunga RBA telah berakhir, dengan tidak ada lagi potensi pemotongan pada 2025 dan 2026,” tulis analis Westpac dalam catatan risetnya.
Saham-saham tambang menjadi penekan terbesar indeks utama setelah harga berjangka bijih besi turun. Pelemahan ini dipicu oleh penurunan produksi baja di China, meningkatnya persediaan di pelabuhan, serta kekhawatiran atas melemahnya permintaan hilir.
Harga tembaga yang melemah akibat aktivitas manufaktur China yang melambat dan penguatan dolar AS turut menekan subsektor pertambangan.
Saham pertambangan turun hingga 1,2%, menandai penurunan dua hari beruntun. BHP Group turun 0,7%, Rio Tinto melemah 2,2%, dan Fortescue terkoreksi 1%.
Baca Juga: Bursa Australia Melemah, Investor Tunggu Keputusan Suku Bunga RBA
Sektor energi juga terkoreksi 0,8% setelah sebelumnya naik lebih dari 3% dalam empat sesi terakhir. Saham Woodside Energy dan Santos masing-masing turun 0,7% dan 0,5%.
Saham keuangan turut tertekan dengan penurunan 0,5%. Commonwealth Bank of Australia, bank terbesar di negara itu, turun 1%.
Sementara itu, saham Novonix anjlok hingga 15% ke level terendah dalam sebulan setelah unit perusahaan otomotif Stellantis membatalkan perjanjian pembelian dengan pemasok material baterai tersebut.
Berbeda dengan Australia, indeks acuan Selandia Baru S&P/NZX 50 justru menguat 0,6% ke level 13.642,06 poin.













