Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Seorang sumber intelijen Eropa mengatakan, Rusia dan China bekerja sama untuk memproduksi drone versi Shahed Iran yang dapat digunakan di medan perang Ukraina.
Mengutip The Telegraph yang melansir Bloomberg, drone itu sendiri masih dalam tahap pengujian dan pengembangan dan belum dikerahkan di Ukraina.
Namun, pengiriman drone akan menjadi peningkatan besar dalam dukungan China terhadap mesin perang Kremlin. Sebab, sebelumnya negara tersebut hanya memberikan bantuan yang “tidak mematikan”, seperti microchip dan peralatan untuk pembuatan tank.
Salah satu sumber mengatakan kepada Bloomberg bahwa AS masih tidak menganggap China mengirimkan bantuan mematikan. Namun AS mengakui bahwa negara lain mungkin memiliki interpretasi berbeda.
Rusia telah menggunakan drone kamikaze Shahed Iran secara ekstensif untuk meneror kota-kota di Ukraina.
Saat ini mereka sedang membangun pabrik di pusat kota Kazan untuk memproduksi versi mereka sendiri. Namun militer Rusia mereka masih bergantung pada impor saat ini.
Baca Juga: Putin Bakal Bertemu Erdogan dan Xi Jinping di Kazakhstan, Ada Isu Apa?
Para pejabat Barat menolak memberikan rincian mengenai program drone China. Akan tetapi, Bloomberg melaporkan bahwa pabrik-pabrik China sedang mengembangkan drone yang disebut Sunflower 200, mirip dengan Shahed milik Iran.
Bunga matahari adalah simbol nasional Ukraina.
Selain mengirimkan alat bidik senapan dan peralatan untuk memproduksi tank ke Rusia, China juga mulai mengirimkan citra satelit dari medan perang di Ukraina.
Julianne Smith, duta besar AS untuk NATO, mengatakan hal ini menyoroti peran Beijing sebagai sekutu Kremlin.
Baca Juga: BRICS Masih Perlu Waktu Untuk Kalahkan Dominasi Dolar AS
“Di sini, di NATO, kami memastikan bahwa kami dapat mengungkap fakta bahwa China bukan lagi pemain netral,” katanya.
Mengutip Business Insider, para pejabat mengatakan kepada Bloomberg bahwa salah satu kekhawatiran mengenai kemitraan Rusia-China adalah bahwa China dapat mengembangkan drone dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi daripada Iran atau Rusia.
Hal ini juga akan menjadi tanda lain dari semakin besarnya ketergantungan Rusia pada China ketika negara tersebut bergulat dengan sanksi ekonomi Barat yang melumpuhkan.
Hubungan keduanya juga akan menjadi bukti lebih lanjut bahwa China ikut berperan dalam perang Rusia di Ukraina, meskipun ada klaim netralitas.
Mengutip The Telegraph, sejak Vladimir Putin melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada Februari 2022, China telah menjadi mitra dagang terpenting Rusia.
Baca Juga: Kedekatan Vladimir Putin dengan Kim Jong Un Bisa Jadi Masalah Besar Bagi China dan AS
Antony Blinken, Menteri Luar Negeri AS, bulan lalu menuding China mempertahankan “pangkalan industri pertahanan Rusia” dengan menyediakan 70% peralatan mesin dan 90% mikroelektronikanya.
Rusia kini juga menjual sebagian besar minyak dan gasnya ke China dengan harga diskon.
Di sisi lain, bank-bank China menyediakan infrastruktur penting bagi lembaga keuangan Rusia untuk memperdagangkan rubel dengan yuan.