Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Inisiatif BRI China telah menghadapi kritik karena membebani negara-negara berkembang dalam utang untuk proyek-proyek yang tidak mampu mereka bayar. Beijing sudah menjadi kreditor utama negara-negara Asia Tengah, dengan pinjaman China ke negara-negara miskin Kyrgyzstan dan Tajikistan terhitung lebih dari seperlima dari PDB mereka.
Tetapi dengan pendukung utama kawasan itu, Rusia, terjebak dalam perang sengit dengan Ukraina dan tunduk pada sanksi internasional, para analis mengatakan negara-negara Asia Tengah akan menyambut baik tawaran Beijing.
“Mereka memahami bahwa sangat penting untuk memiliki mitra alternatif selain Rusia, dan alternatif nomor satu yang Anda miliki adalah China,” kata Temur Umarov, seorang rekan di Carnegie Russia Eurasia Center yang berbasis di Berlin.
Para analis menilai, sebagai imbalan atas kerja sama ekonomi yang lebih besar, China akan memberikan dukungan untuk menjaga keamanan kawasan.
Tiga negara Asia Tengah berbatasan dengan Xinjiang, wilayah barat China di mana Beijing telah dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia terhadap penduduk Muslim Uyghur dalam sebuah kampanye yang katanya ditujukan untuk menghentikan ekstremisme agama.
Pengambilalihan Afghanistan oleh Taliban juga telah meningkatkan ketakutan China terhadap militansi Islam yang menyebar melintasi perbatasannya.
Analis mengatakan para pemimpin juga cenderung membahas perang Ukraina dan menegaskan kembali posisi yang sama-sama dimiliki oleh China dan Rusia bahwa kawasan itu tidak boleh digunakan oleh Amerika Serikat dan kekuatan eksternal lainnya untuk melawan perang proksi atau memicu kerusuhan internal.