Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Kementerian Perdagangan China menjatuhkan pembatasan terhadap 18 perusahaan pertahanan Amerika Serikat (AS) pada Rabu (9/4), sebagai respons atas keputusan Presiden Donald Trump yang memberlakukan tarif tambahan 50% terhadap impor asal China.
Beijing menambahkan 12 perusahaan AS ke dalam daftar kontrol ekspor untuk produk berteknologi ganda (dual-use) dan 6 perusahaan lainnya ke dalam daftar entitas tidak dapat dipercaya.
Baca Juga: Balas Tarif Trump 104%, China Akan Larang Semua Film dari AS
Daftar ini memungkinkan China untuk menjatuhkan sanksi terhadap entitas asing yang dianggap merugikan kepentingan nasionalnya.
Selain itu, China juga mengumumkan kenaikan tarif atas barang-barang asal AS hingga total 84%, gabungan dari kenaikan sebelumnya sebesar 34% dan tambahan 50% yang akan diberlakukan mulai Kamis (10/4).
Putaran terbaru sanksi ini terutama menyasar perusahaan-perusahaan AS yang menjadi pemasok utama Departemen Pertahanan (Pentagon) dan lembaga pemerintah federal AS.
Ini menambah jumlah entitas AS yang dikenai sanksi oleh China menjadi sekitar 60 perusahaan, sejak gelombang pertama sanksi diluncurkan pada Februari lalu.
Baca Juga: IHSG Masih Dibawah Tekanan Konflik AS - China, Cermati Saham Ini pada Kamis (10/4)
Untuk enam perusahaan yang masuk dalam daftar entitas tidak dapat dipercaya, Beijing menegaskan bahwa alasan penambahan tersebut adalah karena keterlibatan mereka dalam penjualan senjata atau kerja sama militer dengan Taiwan.
Mereka dilarang melakukan kegiatan ekspor-impor yang terkait dengan China, serta dilarang melakukan investasi di negara tersebut.
“Dalam beberapa tahun terakhir, keenam perusahaan ini, termasuk Shield AI dan Sierra Nevada Corporation, telah secara serius mengancam kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunan China,” tulis Kementerian Perdagangan China.
Shield AI yang berbasis di California merupakan pengembang drone militer berbasis kecerdasan buatan.
Sementara Sierra Nevada Corporation adalah kontraktor lama Pentagon dan NASA, dan baru-baru ini ditunjuk untuk mengembangkan pesawat mata-mata canggih bagi militer AS.
Baca Juga: Saham Perusahaan Teknologi Topang Wall Street di Tengah Perang Tarif AS-China
Meskipun sebagian besar perusahaan yang dikenai sanksi tidak memiliki bisnis signifikan di China, gangguan rantai pasok tetap menjadi risiko.
Seperti kasus Skydio, produsen drone asal AS yang disanksi China tahun lalu karena menjual senjata ke Taiwan.
Perusahaan tersebut langsung kehilangan akses ke pasokan baterai dari China, menurut laporan Financial Times.
Meski terus membalas kebijakan tarif AS, otoritas China tetap menyampaikan pesan penenang kepada investor asing.
Baca Juga: Perang Dagang Memanas, Produk China Dikhawatirkan Banjiri Indonesia
Dalam pernyataan soal daftar entitas tidak dapat dipercaya, Kementerian Perdagangan menegaskan bahwa daftar ini hanya berlaku untuk "sejumlah kecil" perusahaan, dan bahwa entitas asing yang jujur dan taat hukum "tidak perlu khawatir".